Adat Batak Toba yang paling utama
Suku Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang mempertahankan kebudayaannya. Mereka memegang teguh tradisi dan adat. Sampai sekarang adat dan budaya tetap dilaksanakan dalam kehidupan sosial orang Batak dan aktivitas sehari-harinya.
Dalam suku batak ada yang harus diikutin dan ada juga yang opsional. Kehidupan batak biasanya tidak terlepas dari beberapa yang akan dijelaskan di bawah ini, diantaranya:
PARTUTURAN
Dalam kehidupan sehari-hari orang Batak, kekerabatan (partuturan) menjadi kunci filosofi hidupnya dengan menanyakan tentang marga setiap orang Batak yang ditemuinya. Partuturan ini biasanya dimulai dengan menginterogasi klan dan kemudian mencari hubungan antar klan. Istilahnya disebut Partuturan atau “Tarombo” (baca: Tarobbo). Dalam Tarombo, biasanya setiap klan mencari hubungan antar klan dan kemudian menentukan panggilan yang sesuai. Dalam suku Batak, jika marganya tidak dikenal atau namanya tidak diketahui, maka tentu saja Oppung, Tulang lae atau anggi disebut menurut umur (berbicara dari laki-laki ke laki-laki), sedangkan julukan perempuan adalah oppung, namboru, tuan rumah. ito atau anggi juga Disesuaikan dengan umur (ucapan laki-laki ke perempuan), sedangkan tuturan oppung, namboru, anggi, eda (ucapan perempuan ke perempuan).
Kekerabatan ini digambarkan dengan ukiran 2 ekor cicak yang saling berhadapan menempel di kiri-kanan Rumah Batak. Kekerabatan ini pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah dan menentukan sikap terhadap orang lain dengan baik.
Kalau diartikan langsung “Dalihan”
adalah sebuah tungku memasak pada jaman dahulu yang terbuat dari batu. Dalihan Natolu artinya tungku tempat memasak yang diletakkan di atas 3 (tiga) batu. Agar tungku
tersebut dapat berdiri dengan baik, maka ketiga batu sebagai penopang
haruslah berjarak seimbang satu sama lain dan tingginya juga harus sama atau sering kita sebut Tripot. Hal
ini adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil
dalam kehidupan masyarakat Batak.
Ada 3 bagian kekerabatan dalam
“Dalihan Natolu” yaitu :
1. Somba Marhulahula (Sembah/Hormat
kepada keluarga pihak istri atau ibu)
2. Elek Marboru (Sikap
membujuk/mengayomi anak perempuan atau saudara perempuan)
3. Manat Mardongan Tubu (Bersikap hati-hati kepada teman semarga)
Mangulosi artinya adalah memberikan ulos sebagai lambang kehangatan dan berkat bagi yang menerimanya. Pemberian Ulos biasanya dilakukan pada acara-acara sakral. misalnya pernikahan, kelahiran atau saat kematian. Dalam hal Mangulosi ada aturan yang harus ditaati yakni : hanya orang yang dituakan yang dapat memberikan ulos. Misal: orang tua mangulosi anaknya, tetapi seorang anak tidak bisa mangulosi orangtuanya. Mangulosi sering kita temukan pada saat-saat pesta antara lain :
- Ketika anak lahir, bayi akan menerima “Ulos Parompa”
- Pada saat anak laki-laki melaksanakan pesta pernikahan, dia akan menerima “Ulos Hela” dari mertuanya.
- Pada saatnya meninggal dunia, akan menerima “Ulos Saput”.
Merupakan kata-kata yang diucapkan
seperti menyerupai pantun dalam bahasa Batak yang mempunyai makna. Umpasa
begitu penting diucapkan untuk menyampaikan keinginan/ harapan dalam
setiap acara adat yang dilaksanakan. Apabila umpasa yang disebutkan juga
menjadi harapan dari para hadirin, maka secara serentak akan mengatakan “ima
tutu” yang artinya “semoga demikian”.
Contoh Umpasa untuk kawula muda:
“Jolo tiniktik sanggar laho
bahenon huru-huruan
Jolo sinungkun marga asa binoto partuturan.”
MANORTOR DAN MARGONDANG
Manortor melakukan tarian ritual dengan musik Gondang. Tortor adalah seni tari batak zaman dahulu yang merupakan sarana utama dalam melakukan ritual keagamaan, masih bersifat mistis (kesurupan), namun sekarang manor sering dipentaskan pada pesta-pesta adat batak dengan memainkan musik gondang sabangun (dengan alat musik lengkap). Pada zaman dahulu sangat erat kaitannya dengan pemujaan terhadap ompu, dimulai dari nabolon dan arwah para leluhur. Musik tortor dan gondang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Mangalahat Horbo merupakan ritual adat Batak sebagai tanda penyucian diri atau penebusan dosa agar kehidupan mereka sejahtera. Acara Mangalahat Horbo ini didasarkan pada kepercayaan suku Batak terhadap Debata Mula Jadi Nabolon (pencipta alam semesta) yang mampu membasmi kejahatan dan mendatangkan kemakmuran dengan mengorbankan seekor banteng yang diikatkan pada sebuah borotan (tiang yang dihias di tengah upacara). ) jenis daun yang dipilih).
MANGONGKAL HOLI
Prosesi upacara pengambilan tulang belulang jenazah orang tua, yang akan ditempatkan di peti mati, yang kemudian akan dipindahkan ke tempat yang sering disebut sebagai monumen yang disediakan oleh keluarga. Tradisi ini merupakan warisan turun temurun yang menghormati arwah orang tua yang telah meninggal. Memindahkan lokasi tulang yang dimaksud ke tempat yang baru adalah untuk mendapatkan tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Mangokkal Holi biasanya disertai dengan pesta besar untuk menunjukkan kehadiran orang tua keturunan. Pesta diadakan sesuai dengan kemampuan orang tua dan anak. Jika keturunan orang tua kaya atau terkenal, biasanya dipentaskan selama tujuh hari tujuh malam, dengan diiringi musik taganin (alat musik tradisional batak).
No comments
berkomentar sesuai dengan jatidirimu