Header Ads

Rumah Adat Suku Pakpak yang di Lupakan

FILOSOPI RUMAH ADAT PAKPAK

(Studi Investigasi Antara Kepunahan Dan Nilai Budaya)
Oleh: Saut Boangmanalu, STh, MM

Rumah Adat Pakpak secara fisik menurut sejumlah pemerhati Budaya

Pakpak akan mengalami kepunahan. “Tanpa upaya serius saya pastikan rumah adat Pakpak dalam bentuk yang sesungguhnya akan kabur, mengalami pergeseran bahkan kepunahan” kata Zulkarnain Berutu, Sag pemerhati Budaya Pakpak. Bukan hanya dikawasan perkotaan di Lima Suak (red-Lima Wilayah) Tanah Pakpak tapi hampir ditingkat Desa/Dusun bahkan di perkampungan lama pun sudah sangat sulit melihat pemandangan pemukiman tradisional yang masih memiliki Rumah Adat Pakpak. Secara harafiah makna-makna setiap komponen yang terdapat pada Rumah Adat Pakpak hingga generasi saat ini masih dapat dijelaskan. Ada 10 komponen utama dari Rumah Adat Pakpak yang pada tulisan ini dapat dijelaskan secara sederhana yang diperoleh dari sejumlah sumber.

I. Bubungan Atap

Secara fisik dapat dijelaskan bahwa Rumah Adat Pakpak memiliki bentuk bubungan atap melengkung berbentuk seperempat lingkaran. Dalam Bahasa Pakpak bentuk ini dimaknai dalam sebuah kalimat “Petarik-tarik Mparas igongken Ndengol” yang artinya berani memikul resiko yang berat dalam mempertahankan adat istiadat Kebudayaan Pakpak yang sejak lama telah dimiliki oleh masyarakat Pakpak (Kompilasi/resensi Seminar Adat Istiadat Pakpak-Dairi; tanggal 16 s/d 20 Maret 1970 di Sidikalang)

II.A. Pada bagian paling atas terdapat sebuah Caban (red-Cawan) yang

diletakkan tepat ditengah atas bubungan atap. Simbol ini bermakna simbol kepercayaan Pakpak yang pada kehidupan lama masyarakat Pakpak terdapat kepercayaan kepada Debata Kase-kase (Pasca masuknya agama Tuhan Yang Maha Esa).

 

B.Tanduk Kerbau yang melekat di bubungan atap, simbol ini memberikan makna semangat kepahlawanan Puak Pakpak.

III.Pada bagian atap juga terdapat segitiga Rumah Adat Pakpak. Segitiga ini artinya menggambarkan susunan Adat Istiadat Pakpak yang dalam kekeluargannya terbagi atas tiga bagian/unsur besar yang dapat dijelaskan antara lain:

1.Senina artinya saudara kandung laki-laki

2.Berru artinya saudara kandung perempuan

3.Puang artinya kemanakan

IV.Dua Buah Tiang Besar pada bagian muka Rumah Adat Pakpak yang disebut Binangun. Simbol ini memberikan arti kerukunan rumah tangga antara suami dan istri.

 

V.Satu buah Balok besar yang dinamai Melmellen yang posisinya terletak pada bagian samping muka rumah. Balok besar tersebut melekat menggambarkan kesatuan dan persatuan dalam segala bidang pekerjaan melalui musyawarah atau dalam istilah umum disebut Gotong-royong. Suku Pakpak sejak masa kehidupan lama telah mengenal sistim gotong-royong yang dalam istilah lokal disebut Rimpah-rimpah, abin-abin ataupun mersiurupen.

VI.Pada bagian segitiga muka rumah terdapat ukiran yang bentuknya bermacam-macam yang dalam istilah Pakpak terdapat tiga bentuk yakni:

  1. Perbunga Kupkup, dapat dijelaskan bermakna tali persaudaraan yang begitu erat dan tak terpisahkan ketiga belah pihak sebagaimana disampaikan Zulkarnain Berutu Pemerhati Budaya Pakpak; wawancara 02 Februari 2012
  2. Perbunga Kembang
  3. Perbunga Pencur, dsb. 

Bentuk seperti ini menggambarkan bahwa Suku Pakpak juga memiliki darah dan jiwa seni yang tergambar dalam berbagai bentuk ukiran dan seni suara yang dimiliki sejak masa kehidupan lama 


d.1. Tangga rumah pada Rumah Adat Pakpak biasanya terdiri dari bilangan ganjil yakni 3 (Tiga), 5 (Lima) dan 7 (Tujuh). Hal ini bermakna bahwa penghuni rumah ini adalah keturunan raja (Marga tanah), sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, yang menandakan penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (Genengen).


2. Pintu masuk dari bagian bawah kolong rumah, menunjukkan kerendahan hati dan kesiapsiagaan

VII.1. Tangga rumah pada Rumah Adat Pakpak biasanya terdiri dari bilangan ganjil yakni 3 (Tiga), 5 (Lima) dan 7 (Tujuh). Hal ini bermakna bahwa penghuni rumah ini adalah keturunan raja (Marga tanah), sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, yang menandakan penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (Genengen).

2. Pintu masuk dari bagian bawah kolong rumah, menunjukkan kerendahan
hati dan kesiapsiagaan

VIII.Fungsi Rumah Adat

Penggunaan Rumah Adat Pakpak adalah tempat permusyawaratan mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum dan tempat mengadakan upacara-upacara adat istiadat. Sementara di dalam rumah adat terdapat Genderrang (Alat Musik Gendang pakpak), Gerantung (alat musik berupa Gong), Serunai (Alat Musik Tiup), Sordam, Lobat, Seruling, Kalondang dan sejumlah alat musik Pakpak lainnya. Selain itu terdapat juga Patung panglima (Pahlawan-pahlawan), Mejan/Situs Budaya pakpak yang diletakkan di depan halaman pekarangan Rumah Adat Pakpak

 

IX.Pilo-pilo digantung dalam segitiga dipermukaan Rumah Adat Pakpak. Hal ini menggambarkan hubungan harmonis antara masyarakat dan pemimpinnya dan sebagai lambang kebijaksanaan pimpinan dalam mengayomi masyarakatnya.

X.Gambar Lidah Pajung, hal ini menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya yang senantiasa memberikan bantuan dalam memelihara kesentosaan dan kesejahteraan masyarakatnya. Kekhawatiran kepunahan bentuk sesungguhnya Rumah Adat Pakpak sangat beralasan, Zulkarnain Berutu, Sag yang biasa menjadi Persinabul (red-pembawa acara adat Pakpak) memberikan komentar keras terhadap pihak-pihak maupun lembaga-lembaga yang berkompeten dalam mengangkat dan melestarikan Budaya pakpak khususnya terkait lestarinya Rumah Adat Pakpak. “Sekali lagi Pemerintah yang menjadi motor penggerak pembangunan sampai saat ini belum memberikan perhatian serius. Ini menjadi sangat penting ditengah pertumbuhan zaman khususnya ditengah masyarakat Pakpak yang seolah tidak lagi peduli dengan Kebudayaan lama” tegasnya.

Mester Padang Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, pertamanan dan kebersihan pemerintah Pakpak Bharat saat dikonfirmasi terkait punahnya bentuk asli Rumah Adat Pakpak, Jumat, 02 Maret 2012 memaparkan bahwa terdapat banyak keterbatasan yang dimiliki pihaknya dalam menelusuri, membangun dan melestarikan Kebudayaan Pakpak khususnya menyangkut Rumah Adat Pakpak asli. Persoalan minimnya anggaran, persoalan keterbatasan SDM dan luasnya wilayah kerja yang harus digerakkan instansi tersebut seolah menjadi jawaban kekhawatiran para pemerhati. “Gambar dan bentuk asli Rumah Adat Pakpak sudah tidak ada lagi. Untuk tahun depan kita akan ajukan anggaran untuk itu” kilahnya. Namun ironis, tiga unit Bale (red-rumah pertemuan tradisional Pakpak) sejak empat tahun yang lalu oleh Pemerintah kabupaten Pakpak Bharat telah membangun di Kecamatan Salak yang disebut Bale Banurea, di Pergetteng-getteng Sengkut Bale marga Manik dan di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Bale Silendung Bulan Berutu. Dari foto dan bentuk hanya mampu meniru bentuk, sementara sejumlah kalangan menilai ketiga bangunan pemerintah tersebut harusnya mampu memberikan gambar asli Rumah Adat Pakpak. Filosofi yang seharusnya terkandung dalam bangunan tersebut belum terlihat. “Ini jelas kelemahan Pemerintah kita. Kenapa? Karena gambar dan bentuk serta filosofi yang terkandung harusnya sudah ada sebelum bangunan tersebut direalisasi” ungkap Zulkarnai Berutu. 

Sementara Ketua DPRD Pakpak Bharat Ir. Agustinus Manik terkait hilangnya bentuk asli Rumah Adat Pakpak berkilah bahwa pihaknya sudah memberikan tekanan kepada instansi terkait untuk memberikan perhatian serius. “Kita jangan hanya mengajukan anggaran semata sementara format bangunannya hingga saat ini belum dimiliki. Kita sangat mendukung namun kita ingatkan jangan hanya sekedar membangun” tegasnya. Ia berharap instansi terkait dapat mengadakan forum yang menghadirkan tokoh-tokoh masyarakat Pakpak, tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh-tokoh pemerhati untuk menggali bentuk dan filosofi Rumah Adat Pakpak yang sesungguhnya. “Ini tidak boleh dilakukan secara sepihak, ini harus dilakukan dulu sebelum, kita membangun sebuah bentuk Rumah Adat Pakpak yang sesungguhnya” pungkasnya.

Dinamika kepunahan dan hilangnya identitas Rumah Adat Pakpak sebagai sebuah simbol masyarakat yang berbudaya nampaknya harus mendapat ketegasan dari para Kepala Daerah yang memimpin di wilayah Tanah Pakpak yakni kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Dairi, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kota Subulussalam. Ini terasa semakin penting ketika lembaga diluar pemerintah hingga saat ini belum ada yang melakukan upaya pelestarian dan penggalian kembali bentuk Rumah Adat Pakpak yang asli beserta filosofi yang terkandung di dalamnya.

Pribahasa Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya dapat menjadi renungan bagi masyarakat Pakpak khususnya bagi para penguasa pemerintahan daerah, sehingga nilai budaya Pakpak yang merupakan kekayaan budaya bangsa tidak tersia-siakan. Dan kekhawatiran punahnya benda-benda dan kekayaan Budaya Pakpak dapat tetap lestari bahkan berkembang mengiringi kehidupan masyarakat Pakpak.

No comments

berkomentar sesuai dengan jatidirimu

Powered by Blogger.