Rumah adat Bengkulu
Kita ketahui disetiap daerah di Indonesia terutama bengkulu memiliki sebuah tradisi yang diwariskan dari nenek moyang mereka, seperti pakaian tradisional, tradisi upacara, dan rumah adatnya.
Sebagai salah satu daerah yang mayoritas masyarakatnya bersuku melayu, menjadikan daerah Bengkulu memiliki kebudayaan sangat unik dan menarik untuk dibahas. Salah satu keunikan tersebut terletak pada gaya arsitektur rumah adat bengukulu yang menggunakan beberapa tiang besar berbahan kayu sebagai penompang.
Seperti yang kita ketahui, di daerah Bengkulu sering terjadi bencana alam seperti gempa bumi. Ternyata faktor tersebut juga mempengaruhi gaya arsitektur rumah adat bengkulu, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat rumat Bubungan Lima yang menggunakan tiang sebagai penompang dengan harapan mampu meminimalisir guncang gempa bumi.Untuk menahan getaran gempa bumi dapat kita analisa dari terdapatnya 15 buah tiang dengan tingginya mencapai 1,8 meter pada rumah adat Bengkulu ini. Dimana semua tiang peyangga rumah ini ditopangkan oleh pondasi yang terbuat dari batu datar yang besar.
Kegunaan batu datar tersebut yaitu untuk meminimalisir goncangan gempa dan mengatasi pelapukan pada tiang penyangga. Tiang-tiang penyangga ini terbuat dari kayu kemuning atau masyarakat setempat sering menyebutnya kayu balam. Mengapa memakai kayu kemuning? Karena kayu ini memiliki sifat lentur dan ketahanannya bisa mencapai umur ratusan tahun lamanya. Jadi hal ini lah yang membuat masyarakat setempat lebih memilih jenis kayu tersebut sebagai material utama dalam mendirikan rumah.
Sementara pada bagian alas atau lantai rumah ini menggunakan papan yang sudah diserut maupun dipasah secara halus. Untuk dibagian atapnya rumah adat Bengkulu terbuat dari ijuk pohon enau atau bisa juga sirap. Pada bagian depan rumah terdapat tangga, dimana jumlah anak tangganya wajin ganjil. Kenapa? Karena hal ini ada hubungannya dengan kepercayaan masyarakat setempat. Perlu anda ketahui, secara umum struktur rumah adat Bengkulu (Bubungan Lima) dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bagian Atas (Atap)Atap adalah bagian atas dari rumah
adat Bengkulu yang terbuat dari bahan ijuk atau bambu. Akan tetapi, seiring
perkembangan zaman kini masyarakt Bengkulu lebih sering menggunakan bahan dari
seng sebagai atap, karena bahan ijuk tersebut sulit di dapatkan.
Selain itu dibagian atas rumah bubungan lima terdapat pelapon yang terbuat dari papan dan juga dari bahan pelupuh bambu. Kayu yang berbentuk balok-balok besar ini berfungsi sebagai penghubung dari bagian atas rumah ini sendiri (peran). Sementara kasau yang menempel oleh kap berguna untuk tempat menempelkan atap.
2. Bagian Tegah (Kosen)
Kosen atau kerangka adalah bagian
tengah dari rumah adat Bengkulu yang terbuat dari kayu balam. Untuk dindingnya
sendiri dibuat dari bahan papan bisa memakai pelupuh. Kemudian bentuk jendela
rumah itu yaitu berbentuk ram atau biasa. Terdapat lubang angina yang berada di
bagian atas jendela atau pintu.
Rumah adat ini memiliki tiang penjuru utama, tiang penjuru halaman dan tiang tengah. Selain itu terdapat juga balok yang melintang di sepanjang dinding untuk mengaitkan antar tiang sudut rumah.
3. Bagian Bawah
Pada bagian bawah rumah adat Bengkulu memeliki beberapa komponen yaitu Geladan yang terbuat dari papan, pelupuh datau juga bilah bambu. Geladan ini terdiri atas 8 papan dengan ukuran lebar 50 cm dan diterapkan di sepanjang dinding luar atas balok.
Selain itu terdapat kijing yang
digunakan untuk menutupi balok , dimana kijing ini berada di pinggir luar
sepanjang dinding rumah. Kemudian adanya tilan atau balok sedang yang berguna
untuk tempat menempelnya lantai. Untuk papan lantai rumah ini memiliki Bidani
yang terbuat dari bambu tebal yang dipasang melintang di papan lantai.
Kegunaan dari bidani ini adalah sebagai mencegah serangan binatang laiar atau buas dari bawah rumah. Lalu pelupuh kamar tidurnya disusun dengan sejajar bersama papan lantai. Sedangkan lapik tiang ataupun batu datar digunakan untuk pondasi setiap tiang rumah.
- Atap dari bangunan ini yaitu berbentuk limas dengan
ketinggian mencapai 3,5 meter.
- Terdapat tiang yang
banyak, hal ini berguna untuk penyangga bangunan dalam meredam goncangan
gempa.
- Pada bagian depan
rumah ini terdapat tangga dengan jumlah anak tangga yang ganjil,
- Ketika akan
memasuki rumah adat ini sebelumnya terdapat tradisi (ritual) unik. Hal
tersebut bertujuan untuk penolak balak. Biasanya ritual ini dilakukan
dengan cara menggantungi bubungan rumah dengan beragam hasil pertanian,
seperti sebatang tebu hitam, setandan pisang mas, kondo (kundur), setawar
sedingin, dan dibagian tulangnya diberi kain putih yang telah di rajah.
Dilihat dari segi fungsinya, maka susunan rumah adat Bengkulu terbagi dari beberapa bagian yaitu :
BerendoBerendo adalah ruangan untuk
penerimaan tamu yang dikenal dan juga dijadikan sebagai tempat bersantai di
pagi dan sore hari serta area bermain anak.
Hall merupakan tempat penerimaan tamu yang dikenal baik dan dekat. Biasanya ruangan ini ditempati oleh kerabat keluarga atau tokoh terkenal dan disegani. Selain itu ha juga dipergunakan sebagai tampat untuk bersenda gurau bersama keluarga besar.
Bilik GedangBilik gedang yaitu sebuah kamar utama yang terdapat di rumah Bubunga Lima. Dimana kamar tersebut ditempati oleh pasangan suami istri dan anak kecil yang belum disapih.
Bilik Gadis adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat si gadis dalam keluarga. Letak dari ruangan ini umumnya berdekatan dengan bilik gedang.
Ruang Tengah
Pada dasarnya ruangan ini sengaja dikosongkan dari berbagai macam perabot rumah. Dimana dibagian sudut ruangan terdapat tikar. Sebenarnya fungsi utama ruangan ini sebagai penerimaan tamu ibu rumah tangga (keluarga dekat si gadis) dan tempat tidurnya anak bujang dalam keluarga tersebut.
Ruang Makan
Ruangan ini berada berdekatan dengan ruangan dapur dan digunakan sebagai ruang untuk makan.
Gerigik (Gerang)
Gerang adalah bagian rumah untuk penyimpanan tampayan air. Biasanya ruangan ini dijadikan sebagai tempat untuk mencuci piring dan bersih-bersih peralatan lainnya sebelum memulai pekerjaan dapur.
Dapur
Letak dari dapur ini berada diantara ruang makan dan garang. Dimana ruanagn ini sebagai tempat memasak dan ruang menyimpan bumbu serta bahan makanan oleh ibu rumah tangga.
Rumah Kabupaten Lebong
Secara umum rumah adat di kabupaten Bengkulu ini digunakan sebagai tempat tinggal warga, rumah ini didiami oleh suku Rejang. Jika kita melihat gaya arsitekturnya cukup sederhana, hal ini diduga waktu proses pembuatan rumahnya masih menggunakan alat dan bahan sederhana. Untuk penamaan khususnya masih belum diketahui, sementara masyarakat umum menyebut Rumah Adat Lebong karena berada di daerah Kabutapan Lebong.
Dari segi arsitekturnya, rumah adat lebong berbentuk persegi panjang, memanjang dari depan ke belakang. Sama halnya dengan Bubungan Lima, rumah ini juga memiliki panggung yang dibuat tinggi dengan tujuan meminimalisir guncangan gempa dan serangan binatang buas. Namun sayangnya rumah adat ini banyak yang tidak terata, karena hanya terdapat beberapa rumah lebong saja yang masih terlihat utuh yang lainnya rusak. Terdapat beberapa bagian pada rumah adat lebong diantaranya:
- Bubun Jamben atau
siring/bubung tebelayes ( tebing layar) merupakan bagian puncak rumah
- Atap menggunakan
bahan dari ijuk, lalang, atau atap sirap (kayu). Seperti yang kita ketahui
atap merupakan bagian atas yang diberfungsi untuk penutup rumah (bangunan)
sebelah atas. Biasanya pemilihan bahan atap disesuaikan dengan bahan yang
diperoleh dari alam, jadi tidak tetap.
- Kajang Akap
merupakan bagian langit-langit rumah.
- Dinding sisip dari
papan, susunannya tegak ke atas. Umumnya papan disusun berbaris dengan
posisi tegak ke atas. Kemudian bagian dinding ada yang dibiarkan dengan
warna papan alami, tetapi sebagian lagi dibuat ukiran dengan menggunakan
pewarna untuk memberi corak pada papan.
- Jendela. Ukuran
jendela pada bagian atas setinggi kening orang dewasa berdiri, bagian
bawah setinggi kening orang dewasa duduk
- Kijing-kijing
(menggunakan istilah Rejang), biasanya merupakan selembar papan utuh,
tidak bersambung sepanjang rumah, dari depan hingga belakang.
- Tangga,
banyaknya anak tangga tergantung tinggi rumah, dari 3, 5, 7 sampai 9 buah
anak tangga
- Tiang dari kayu
atau batu. Tiang ini merupakan tiang penyangga rumah. Ukurannya pun
beragam, ada yang tinggi ada yang pendek. Hal ini bisa dilihat dari jumlah
anak tangga rumah. Apabila anak tangganya hanya 3 atau 5, dikategorikan
tiangnya pendek, sedangkan, bila anak tangganya 7 atau 9, dikategorikan
tiangnya tinggi.
Kemudian beberapa bagian dalam rumah
adat lebong, diantaranya sebagai berikut:
- Pada rumah adat lebong bagian pertama yang akan kita lihat adalah teras, umumnya posisi teras berada pada bagian muka rumah dengan fungsi untuk duduk-duduk santai, berbincang-bincang, dan menerima tamu. Dibagian ini tidak memiliki tempat khusus.
- Bagian selanjutnya adalah ruang keluarga, umumnya setelah melewati teras yang difungsikan untuk tempat menerima tamu dan tempat berkumpulnya keluarga besar, juga tempat jamuan. Ruang keluarga berbentuk persegi panjang, dikarenakan pada waktu dulu suku Rejang belum mengenal kursi jadi tamu akan dipersilahkan duduk dilantai.
- Dapur Bagian dapur terkadang menyatu dengan bangunan rumah. Sebagian lagi, dapur diposisikan di bawah rumah.
- Penyimpanan hasil panen Bagian ini menyatu dengan badan rumah atau ruang keluarga. Hasil panen diletakkan menumpuk di sudut ruangan.
Sebenarnya rumah adat lebong ini memiliki arsitektur hampir sama dengan rumah adat Bengkulu lainnya, karena berasal dari suku Rejang yang sama. Namun karena pembagiaan wilayah oleh pemerintah menjadikan daerah ini kurang diketahui masyarakat umum. Harapan saya semoga pemerintah Bengkulu terutama BPCB Jambi lebih memperhatikan semua rumah adatnya agar tetap bisa dilihat oleh generasi berikutnya.
Demikian ulasan yang dapat sampaikan pada kesempatan kali ini mengenai Rumah Adat Bengkulu, Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi bahan referensi untuk anda semua, terima kasih atas perhatiannya.
No comments
berkomentar sesuai dengan jatidirimu