Rumah Adat Lampung
Lampung identik dengan Taman Nasional Way Kambas
yang merupakan Pusat Konservasi Gajah pertama di Indonesia. Lampung juga
terkenal dengan cita rasa kopi robustanya yang khas dan populer dengan sebutan
Kopi Lampung.
Bukan hanya terkenal dengan taman nasional dan
kopinya saja, Lampung juga memiliki ragam kekayaan adat dan budaya yang menjadi
identitas masyarakat Lampung pada umumnya. Salah satunya adalah rumah adat
Lampung yang dikenal dengan sebutan Nuwou Sesat atau Sesat Balai Agung
Selat Balai Agung digunakan sebagai tempat
pertemuan bagi para penyimbang adat atau purwatin. Sebelum memasuki rumah adat
ini harus melewati jambat agung atau tangga yang pada bagian atasnya terdapat
payung warna putih, kuning, dan merah. Ketiga warna tersebut merupakan simbol
dari kesatuan masyarakat Lampung.
Rumah Adat Lampung
Kaya dengan adat istiadat unik, lampung juga
memiliki keragaman adat yang hingga kini masih dipertahankan, salah satunya
adalah rumah adat. Berikut daftar lengkap rumah adat Lampung yang sebaiknya
kita ketahui:
Nuwou Sesat
Rumah adat Lampung ini berbentuk rumah panggung
dengan deretan tiang penyangga yang cukup tinggi. Tujuannya adalah untuk
menghindari serangan binatang buas, mengingat letak rumah biasanya berada di
dekat hutan. Bentuk rumah panggung juga diyakini lebih aman untuk menghadapi
gempa bumi.
Istilah nuwou sesat berasal dari Bahasa Lampung,
Nowou yang memiliki makna rumah atau tempat tinggal dan sesat yang
berarti adat. Atau sering disebut juga dengan Bantaian yang berarti
bangunan untuk tempat bermusyawarah dan menyimpan bahan makanan.
Hal ini dikarenakan fungsi nuwou sesat bukan
hanya sebagai tempat tinggal saja tetapi juga sebagai tempat untuk
menyelenggarakan pertemuan adat sekaligus upacara adat. Meski begitu, saat ini
fungsinya lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal.
Seperti rumah adat pada umumnya, bagian-bagian
dalam rumah adat Nuwou Sesat juga memiliki nama dan fungsi yang berbeda,
diantaranya adalah seperti berikut:
Pondasi dan tiang penyangga yang terdiri dari
umpak batu berbentuk persegi sebagai pondasinya dan tiang-tiang penyangga
(tihang duduk) yang diletakkan di atas umpak batu. Jumlah tiang pada bangunan
ini kurang lebih 35 buah dengan jumlah tihang induk (tiang utama) sebanyak 20
buah.
Dinding rumah adat nuwou sesat terbuat dari kayu
dengan bentuk setangkup ganda, demikian juga pada bagian jendela namun
ukurannya lebih kecil. Rumah adat ini memiliki empat buah jendela pada bagian
depan yang dilapisi oleh teralis kayu.
Atap rumah adat nuwou sesat disebut dengan istilah rurung agung. Atap dan ujung bubungan yang memusat pada titik tengah bagian paling atas yang terbuat dari kayu bulat atau dikenal dengan istilah button.
Di atas kayu bulat tersebut diletakkan satu buah
kayu bulat lagi yang berlapis tembaga, sementara di atasnya terdapat dua
tingkat dari tembaga atau kuningan. Pada bagian paling atas dilengkapi
perhiasan dari batu yang disesuaikan dengan selera pemilik rumah.
Tangga rumah adat Nuwou Sesat yang disebut dengan Ijan Geladak menjadi akses keluar masuk rumah karena bentuknya rumah panggung. Tangga juga berfungsi sebagai tempat penjaga menyampaikan sesuatu kepada para tamu ketika kegiatan pepung adat berlangsung. Letaknya berada di bagian depan rumah dan biasanya dilengkapi dengan ukiran-ukiran etnik yang membuat bagian depan rumah terlihat lebih cantik.
Teras atau serambi rumah yang disebut dengan
anjungan, berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu kehormatan, melakukan
pertemuan kecil atau sekedar beristirahat. Sementara lantai nuwou sesat yang
disebut dengan khesi atau papan, terbuat dari kayu klutum, bekhatteh, dan
belasa.
Ruang bagian dalam rumah adat nuwou sesat terdiri dari pusiban yang merupakan tempat untuk pepung adat atau bermusyawarah dan hanya boleh dimasuki oleh para penyimbang dan beberapa tamu saja. Tetabuahan yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan alat musik dan pakaian adat Lampung, gajah merem yang digunakan sebagai tempat penyimbang beristirahat, dan kebik tengah yang digunakan sebagai tempat tidur bagi anak penyimbang.
Selain Nuwou Sesat berikut ini adalah beberapa
jenis rumah adat di Lampung:
2. Nowou Balak
Nowou Balak Yaitu rumah adat Lampung yang digunakan
sebagai tempat tinggal bagi para penyimbang adat atau kepala adat yang dalam
Bahasa Lampung disebut dengan Balai Keratun. Ukuran rumah adat ini sekitar
30×15 meter yang bagian depannya dilengkapi dengan beranda sebagai tempat untuk
menerima tamu dan bersantai.
Bangunan utama rumah adat ini terbagi menjadi beberapa ruangan, diantaranya adalah dua ruangan untuk pertemuan, satu ruang keluarga, dan delapan kamar yang salah satunya digunakan sebagai tempat tinggal bagi istri penyimbang.
Sementara dapur dari rumah adat ini berada di
bagian belakang yang terpisah dari bangunan rumah utama. Keduanya dihubungkan
dengan sebuah bangunan seperti jembatan yang pada bagian atapnya terbuat dari
ijuk enau dengan bentuk seperti perahu terbalik.
Secara garis besar, rumah adat nuwou balak
terdiri dari beberapa bagian yaitu:
Lawang Kuri atau gapura, Ijan Geladak atau tangga masuk, rurang agung atau atap, anjungan atau serambi untuk pertemuan kecil, pusiban atau tempat musyawarah resmi, dan Lapang Agung atau ruangan untuk kaum wanita berkumpul.
Selain itu juga ada Kebik Temen atau kebik
Kerumpu sebagai kamar tidur anak penyimbang bumi atau yang tertua, Kebik
Rangek yang merupakan kamar bagi anak penyimbang ratu atau anak kedua dan
juga Kebik Tengah atau kamar tidur bagi anak penyimbang batin atau anak
ketiga.
3. Lamban Balak
Lamban Balak Yaitu rumah adat etnis Saibatin yang bentuknya hampir sama dengan rumah adat Nuwou Balak. Berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu dan papan pada bagian dinding, lantai, maupun kerangkanya.
Rumah adat ini terdiri dari beberapa bagian,
diantaranya adalah:
Jan atau tangga masuk menuju ke rumah panggung, Lepau atau Bekhanda yang merupakan ruang terbuka pada bagian depan rumah, Lapang Luakh yang merupakan ruang tamu atau tempat untuk bermusyawarah, dan Lapang Lom atau ruang keluarga yang juga difungsikan sebagai tempat bermusyawarah. Bilik Kebik yang merupakan kamar utama, Tabelayakh yang merupakan kamar kedua, Sekhudu yaitu ruangan belakang yang diperuntukkan bagi ibu-ibu, dan Panggakh atau loteng rumah yang digunakan sebagai tempat menyimpan barang, piranti untuk keperluan adat, dan benda pusaka. Depokh atau dapur, gakhang yang digunakan sebagai tempat untuk mencuci perabotan dapur, dan juga Bah Laban yang berada di bagian bawah rumah panggung. Biasanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen seperti kopi atau padi.
4.Lamban Pesagi
Lamban Pesagi merupakan rumah adat lampung
berusia ratusan tahun. Namun masih berdiri kokoh hingga saat ini, tanpa
perubahan berarti sejak pertama kali dibangun, bahkan bentuk aslinya masih
dipertahankan.
Rumah ini memiliki atap yang terbuat dari ijuk
dengan bangunan kayu yang telah disusun dan disatukan menggunakan pasak
kayu. Lambah Pesagi berasal dari wilayah Lampung Barat dengan bentuk rumah
panggung.
Berbeda dengan rumah panggung lain yang pada bagian bawahnya digunakan untuk menyimpan hasil panen, rumah Lamban Pesagi dilengkapi dengan lumbung yang digunakan untuk menyimpan hasil panen.
5. Nuwou Lunik
Yaitu rumah adat Lampung yang biasa digunakan
oleh masyarakat pada umumnya dengan ukuran yang lebih kecil. Jenis rumah ini
tidak dilengkapi dengan beranda, dan pada bagian serambi hanya terdapat sebuah
tangga yang letaknya berada di bagian pintu masuk yang mengarah ke tanah.
Jika dibandingkan dengan nuwou balak, bentuk
rumah nuwou lunik terlihat lebih sederhana dan hanya memiliki beberapa kamar
tidur saja. Sementara bagian dapurnya menyatu dengan banguan utama rumah dengan
bentuk atap yang lebih bervariasi, ada yang menyerupai bentuk perahu terbalik
dan juga limas.
No comments
berkomentar sesuai dengan jatidirimu