kedudukan dukun dalam kehidupan masyarakat batak
Datu (dukun) adalah seseorang
yang mempunyai kemampuan di luar daya normal manusia awam (kemampuan supranatural/paranormal). Dalam struktur
masyarakat Batak tradisional, Datu mendapat posisi
terhormat karena kompetensinya di bidang membaca dan
menulis aksara Batak, dan kemampuan lain seperti
pengobatan, ilmu nujum, parhalaan (penanggalan) untuk membaca hari baik dan
buruk. Selain itu seorang Datu memegang fungsi dan
peran penting “sesuai jurusan kualifikasi keilmuaannya” dalam kelompok
masyarakat territorial huta, dan berasal dari garis keturunan marga yang
menempati huta. Setiap marga dalam satu huta minimal mempunyai
seorang Datu.
Seorang Datu tidak
serba menguasai semua bidang-bidang hadatuon (perdukunan), tetapi
biasanya terdapat satu keahlian khusus yang menonjol di
bidangnya. Misalnya Datu Partaoar,
dengan ramuan-ramuannya lebih ahli di bidang obat penyembuh dan penawar
racun, Datu Pangatiha Pandang Torus mempunyai kemampuan sebagai
peramal, dan Datu Panuju keahliannya untuk mengatur cuaca,
seperti mendatangkan hujan atau menangkal hujan.
Fungsi dan peran Datu di
dalam masyarakat Batak kuno, sebagai:
1. Pemimpin
ritual dan religi Batak.
2. Tabib dengan
ramuan tradisional yaitu:
- Tambar
= obat tradisional dari racikan dedaunan,
akar-akar atau batang tanaman (ramuan herbal);
- Taoar = berupa
ramuan dari racikan berbagai tambar dan bahan-bahan
lain yang berkhasiat untuk obat penawar racun, guna-guna
atau obat penyembuh penyakit.
3. Ahli Nujum,
menggunakan parhalaan (kalender Batak), memperkirakan hari
baik yang tepat (maniti ari) untuk melakukan sesuatu ulaon seperti
pesta; memasuki rumah baru dan sebagainya. Ia juga dapat
melakukan prakiraan (ramalan) berdasarkan gejala-gejala alam dan menggunakan
media tertentu.
4. Penasihat dalam permasalahan hubungan
antara anggota masyarakat dalam huta atau antar huta,
membentengi
secara magis suatu huta atau dalam perang
mempunyai aji-ajian sitorban dolok (ilmu meruntuhkan
gunung).
Datu umumnya pria, datu perempuan
disebut Sibaso. Sibaso dalam komunitas huta
lebih berperan sebagai “dukun persalinan” yang
ahli dibidang kebidanan, penyakit wanita dan ramuan-ramuan obat tradisional (tambar). Sibaso perannya tidak sebesar
Datu. Pada upacara ritual tertentu Sibaso berfungsi
mendampingi Datu (pria) sebagai medium dalam
“kesurupan roh.”
Seseorang yang memiliki tingkatan keahlian di
atas Datu disebut Guru. Guru adalah gelar
kehormatan yang diberikan masyarakatnya karena keunggulannya dan reputasinya yang
diakui para datu lainnya. Bahkan datu dari huta lain
meminta petunjuk atau berguru kepadanya, sehingga ia merupakan suhu atau mahaguru datu alias “datunya
Datu”.
Raja Batak
umumnya memiliki sahala hadatuon (sejenis roh yang membantu), atau kemampuan
seperti datu.*). Seorang Raja yang memegang
posisi sebagai pemimpin tertinggi di kelompoknya tetapi
juga disegani, dihormati dan diakui sebagai
sesepuh oleh pemimpin kelompok lain diluar marga atau hutanya, disebut Tuan (yang
terhormat). Tuan tingkatannya lebih tinggi di atas Guru.
Sisingamangaraja termasuk yang bergelar Tuan, atau lengkapnya Ompu Tuan Sisingamangaraja. Bandingakan juga dengan Guru Tatea Bulan (putra pertama Si Raja Batak) dan Tuan Sori Mangaraja (cucu Si Raja Batak).
No comments
berkomentar sesuai dengan jatidirimu