Tradisi Adat Batak Mangalahat Horbo
Arti mangalahat Horbo secara etimologi adalah "memotong daging kerbau" kata perintah yang biasa digunakan orang batak dengan kata Lahat adalah "Lahati ma Jagal I (cincanglah daging itu)" tapi istilah mangalahat horbo disini bukan sekedar untuk memotong kerbau, walaupun memang objek utamanya adalah kerbau dan kegiatan utamanya memotong kerbau.
"MANGALAHAT HORBO" biasa digunakan orang batak untuk Ungkapan Puji Syukur ke Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Kuasa) dengan mempersembahkan Seekor Kerbau Kurban (Pelean/ sesajen). Pelaksanaan Mangalahat Horbo harus melalui persetujuan Raja Bius dan Tokoh Adat serta Panuturi yang bisa menghitung Ruji ari Batak,agar pelaksanaan di hari puncak hujan juga tidak turun.
Banyak persepsi dan tata cara pelaksanaan Mangalahat Horbo :
1.Pertunjukan Mangalahat Horbo dalam satu event ditempat terbuka
2.Horja Bius Mangalahat Horbo didepan Ruma Parsantian
Mangalahat Horbo memang banyak perbedaan antara Huta/Kampung. Tapi seiring waktu budaya batak semakin terdegrasi. Sebenarnya bukan karena tidak paham, hanya saja cenderung dengan penghematan waktu atau mempersingkat tata cara pelaksanaan. Kemudian pengaruh kemajuan zaman dan penilaian satu Agama Suku Batak melaksanakan Mangalahat Horbo di jugde Sipele Begu atau tidak Beragama.
Mari kita kembalikan kearifan lokal adat Budaya Suku Batak, Syarat Kerbau Kurban itu :
1.Tidak melawan saat mau dikurbankan
2.Ekor Kerbau hampir mendekati tanah dan tanduknya maksimal satu jengkal Manusia dewasa
3.Pisoran/lingkaran melingkar mulai dikepala sampai badan kerbau ada 7
4.Harihiri/terbuat dari rotan pengikat kerbau ke borotan/pohon buatan secara otomatis akan berisi Khodam yang luar biasa (Konon yang paham akan Rotan Harihiri akan berebut mengambil ini setelah kerbau di kurbankan/Khodamnya di Rotan tersebut)
Penempatan borotan/pohon buatan harus di depan Ruma Parsantian/Ruma Batak. Penancapan Borotan 7 M dari depan Ruma Batak. Borotan dihias dengan aneka tumbuhan yang menjadi harapan kedepan apa yang kita harapkan jadi tumbuh dan hidup. Kemudian dilengkapi dengan Manuk-manuk yang terbuat dari mare-mare (Daun Muda Kelapa) . Penutup tandok berisi beras yang di letakkan diatas borotan. Semua ini seharusnya jangan dikurangi karena akan mengurangi marwah dan wibawa Mangalahat Horbo.
Ketika Borotan/Pohon buatan dibawa ke depan Ruma Batak di iringi gondang dan mengellingi halaman ruma 3 kali. Setelah Borotan ini ditancapkan Bius atau Hasuhuton sambil manortor diiringi Gondang mengelilinginya lagi 7 kali.Kemudian dimulailah acara sesuai kesepakatan.
Setelah Panortoran selesai akhir acara Kerbau dikurbankan di potong lehernya diiringi gondang sakral. Kemudian daging kerbau dipotong dan disimpan satu malam, paginya dimasak untuk makan bersama dengan istilah Marsipitu Dai (7 jenis dari tubuh kerbau) kemudian pembagian jambar / Hak Bius dan Natua tua ni Huta. Borotan ditengah halaman setelah 7 (tujuh) hari baru bisa dicabut dari tengah halaman rumah (Filosofinya ibarat tumbuhan 7 hari ditanam pasti sudah tumbuh)
No comments
berkomentar sesuai dengan jatidirimu