Kebudayaan Masyarakat Pak-pak yang mulai dilupakan
Banyaknya suku bangsa di Indonesia dengan ciri khas budayanya menjadi aset berharga bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Kekayaan budaya ini harus tetap terawat dan dilestarikan oleh generasi penerus, itulah menjadi identitas melekat bagi suku bangsa yang bisa menunjukkan jati dirinya. Indonesia memiliki kekayaan budaya antara lain: rumah adat, lagu daerah, tari daerah, situs peninggalan bersejarah, pakaian tradisional, makanan dan minuman tradisional, adat istiadat dan masih banyak lagi. Salah satunya kekayaan budaya yang akan dibahas ditulisan ini adalah kekayaan kebudayaan masyarakat pak-pak.
Tidak banyak orang Indonesia mengenal suku Pak-pak, bukan karena suku ini tidak terkenal, tetapi karena suku ini diabaikan bahkan oleh pemiliknya sendiri yaitu suku pak-pak itu sendiri. Bahkan suku ini terancam punah, situs bersejarah suku pak-pak sudah sangat langka, rumah tradisional yang menjadi cermin budaya asli masyarakat Pak-pak kini hampir tidak dapat ditemukan disebabkan ditinggal kan pemerintah bahkan masyarakat pak-pak itu sendiri. Oleh seba diabaikan, banyak peninggalan yang telah rusak, hilang, bahkan ada di curi oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Dalam sistem kekerabatan, orang Pak-pak menganut prinsip Patrilineal dalam memperhitungkan garis keturunan dan pembentukan klen (kelompok kerabat) yang disebut Marga, sedangkan sistem pewarisan dominan diperuntukkan untuk anak laki-laki saja. Bentuk perkawinan adalah exogami marga artinya harus menikah diluar marganya dan sub marga, apabila menikah dengan semarga atau sub marga akan dianggap melanggar adat. para pelanggar akan diberi hukuman yang berat, dipaksa cerai atau di keluarkan dari silsilah keluarga, yang artinya dia bukan bagian dari keluarga sehingga tidak berhak atas warisan.
Pada tulisan ini kami akan penulis jelaskan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan kebudayaan Pak-pak.
Wilayah
yang didiami masyarakat pakpak.
Suku Pakpak tersebar di
beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dan Aceh, yakni di Kabupaten Dairi,
Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan (sumatera Utara),
Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Sabulusalam. Suku bangsa Pakpak kemungkinan
besar berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di India yang menyerang
kerajaan Sriwijaya pada abad 11 Masehi
Suku ini terdiri atas 5
subsuku, yang dalam istilah setempat disebut dengan istilah Pakpak Silima suak
yang terdiri dari :
· Pakpak Klasen (Kab. Humbang Hasundutan Sumut)
· Pakpak Simsim (Kab. Pakpak Bharat-sumut)
· Pakpak Boang (Kab. Singkil dan kota Sabulusalam-Aceh)
· Pakpak Pegagan (Kab. Dairi-sumut)
· Pakpak Keppas (Kab. Dairi sumut)
Suku bangsa Pakpak mendiami bagian Utara, Barat Laut Danau Toba hingga perbatasan Sumatra Utara dengan provinsi Aceh (selatan).
Beberapa kebudayaan pak-pak
Suku Pak-pak memiliki berbagai jenis kesenian dan
kerajinan yang sudah ada sejak dahulu, namun saat ini kecintaan terhadap
kesenian dan kerajinan tradisional sudah mulai pudar dan kalah oleh kesenian
dan kerajinan modern.
Macam-macam
kesenian Pak-pak
1. Seni
musik. Antara lain Genderang, Kalondang, Kecapi, Lobat, Sordam, Suling,
Genggong, Kettuk, Taratoa, Garantung, Gung, Saga-saga dan lain-lain.
2. Seni
tari Antara lain tarian tradisional dan kreasi baru
3. Seni
suara Antara lain Odong-odong, Nangen, Ende-ende dan lain-lain.
4. Seni
bela diri Antara lain Moccak, Dabbus, Dampeng dan lain-lain.
5. Seni
ukir dan pahat Antara lain Menggorga, Patung mejan, Pengulu baling dan lain-
lain.
6. Seni
kerajinan Antara lain Membayu, Kerajinan bubu, Curu-curu, Kirang nderu dan
lain-lain.
7. Seni sastra dan lain-lain.
Musik dalam Tradisi Pak-pak
Posisi musik tradisional sangat jelas dan
terpandang dalam budaya Pak-pak. Pada upacara tradisi, musik terutama genderang
mempunyai peranan penting, menjadi bagian dari sebuah prosesi adat, missalnya
pernikahan dan kematian. Dalam setiap upacara adat, suku Pa- pak menempatkan
musik sebagai alat memperlancar komunikasi. Masyarakat Pak-pak memiliki dua
macam bentuk komposisi musik utama antara lain: musik berupa nyanyian dengan
vocal dan ansamble alat-alat musik. Jenis yang pertama secara tradisi merupakan
sarana untuk bercerita, sedangkan ansamble alat-alat musik yang terdiri dari
Kecapi, Gong, Lobat, Sordam, biasanya dibawakan pada acara adat sebagai
instrument solo. Musik memegang peranan penting disana.
Secara umum, musik dengan ansamble dibagi menjadi dua yaitu musik duka dan musik riang. Alat-alat musik Pak-pak terdiri dari perkusi (gendang dan gong) dan alat musik melodis seperti kalondang, lobat dan sordam (semacam seruling). Sordam merupakan alat musik yang digunakan dalam banyak peristiwa antara lain mengiringi pernikahan, ketika menggembala kerbau, hingga berhubungan dengan arwah leluhur dan mencari orang yang hilang dihutan. Xylophone atau Kalondang instrument musik yang dimainkan dengan mengikuti melodi yang sama dengan vocal tetapi sipemain selalu punya ruang untuk berekspresi dan berimprovisasi.
Alat musik tradisionak Pak-pak dapat dikelompokan sebagai berikut:
Genderang, Lobat,
Kalondang, Kecapi, Sordam, Suling, Genggong, Kettuk, Taratoa, Gerantung, Gung,
Saga-saga dan lain-lain. Alat musik tersebut ada yang berfungsi sebagai
pengiring juga ada yang berfungsi sebagai pembawa melodi.
1. Kalondang, alat musik yang terdiri dari 9
bilah kayu, sejenis xylophone yang dimainkan dengan mengikuti melodi yang sama
dengan vocal.
2. Lobat,
alat musik yang dimainkan disaat perkemenjan (menyadap getah kemenyan).
3. Sordam, alat musik tiup bersuara sangat pilu.
Digunakan sebagai media memasuki ruang berdimensi lain agar bisa berkomunikasi
dengan roh para leluhur. Alat musik ini sering digunakan untuk mencari orang hilang.
4. Genderang, alat musik pukul. Berperan penting
pada upacara duka, bunyi genderang ini baku sifatnya, tanpa improvisasi atau
variasi bunyi. Untuk upacara sukacita genderang digabung dengan kalondang dan
bebas berimprovisasi.
5. Garantung,
alat musik sejenis gong ceper tanpa pencu yang terdiri dari lima bilah.
6. Mbotul,
seperangkat alat musik gong berpencu.
7. Oning-oning,
sebutan untuk alat musik tradisi pak-pak dairi yang dimainkan solo.
Banyak lagu pak-pak yang popular merupakan adaptasi dari odong-odong, yaitu lagu bernada minor dengan lirik yang lazimnya menggambarkan sesuatu yang romantis atau menyayat hati. Misalnya kecantikan seorang wanita, rasa rindu kampung halaman, hingga ratapan kemalangan hidup. Para pemeras nira sering menyanyikan odong-odong ketika bekerja. Kini banyak lagu pak-pak menjadi popular dan diadaptasi secara modern menggunakan instrument modern pula, seperti keyboard.
Beberapa lagu popular Pak-pak antara lain: cikala le pong-pong, pantar silang dan tangis anak melumang. Bahkan lagu pak-pak yang sering terdengar sekarang telah mengadaptasi unsur-unsur musik yang berbeda misalnya irama melayu. Hal ini tidak lepas dari kecenderungan pemusik Pak-pak kontemporer yang memilih untuk mengikuti trend musik yang lebih cepat berkembang dan popular serta mengadaptasi irama dan gaya pelantunan lagu melayu. Seiring dengan kemajuan tehnologi pada upacara kematian alat musik genderang berganti dengan keyboard tunggal. menjadi ciri khas musik pak-pak adalah nada- nadanya kebanyakan minor sehingga susunan notasinya menjadi cukup romantis.
Tari dalam bahasa Pak-pak disebut dengan Tatak. Tarian tradisional
Pak-pak sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari missalnya Tatak
Mendedah, Tatak Renggisa, Tatak Adat dan lain-lain.
Pakaian tradisional Pak-pak
1. Baju
merapi-api. Baju model melayu leher bulat warna hitam dengan manic-manik. Di
leher dan ujung lengan warna merah dan putih.
2. Bulang-bulang
(penutup kepala), Saong pada wanita penutup kepala berbentuk lonjong dan
runcing kebelakang.
3. Celana panjang
4. Sarung
(oles sidos-dos)
5. Borgot
(kalung terbuat dari emas dan perak)
6. Sabe-sabe
(diletakkan pada bahu kanan terurai hingga ke belakang
7. Rempu
riau (pisau diselipkan di pinggang)
8. Rante
abak (ikat pinggang)
9. Ucang (tas kecil warna merah)
10.Tongket(tongkat dari kayu berkualitas tinggi, pada kepala dan batang terukir gorga
Dalam bahasa Pak-pak meraleng/mengaleng
artinya menjemput/memanggil, sedangkan tendi artinya roh. Jadi meraleng tendi
tradisi memanggil roh yang sempat terlepas dari tubuh seseorang karena suatu
hal. Diyakini oleh masyarakat pak-pak setiap manusia memiliki 3 roh yaitu roh
tertua, roh penengah dan roh bungsu. Meraleng tendi tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang melainkan oleh orang tertentu yang sudah mempelajari ilmu tersebut.
Proses meraleng tendi dilakukan dengan sodip (doa/mantra) tertentu dan
peralatan khusus missalnya beras, gatap (sirih) dan lain-lain. Sampai saat ini
eksistensi budaya ini masih tetap terpelihara dan masih diajarkan turun temurun.
Kebudayaan merupakan salah satu warisan
budaya dari nenek moyang yang sampai sekarang ada yang masih tetap lestari
namun ada juga yang punah ditelan zaman bahkan ditinggalkan oleh masyarakat
pendukungnya. Pelestarian kebudayaan bangsa sangatlah penting karena merupakan
identitas suatu bangsa. Inilah salah satu tujuan dari tulisan ini mengajak kita
semua khususnya masyarakat Pak-pak untuk tetap mencintai dan melestarikan
kebudayaan kita sendiri sampai ke anak cucu.
klik aja
DAFTAR PUSTAKA
Sumber.raudahkhairiyahangkat.blogspt.co.id
Sumber.wisata kalak Pak-pak blogspot.co.id Sumber.pak-pak barat blogspot.co.id
2010
Sumber.pak-pak barat blogspot.co.id 2013
Sumber.Perkumpulan peduli budaya pak-pak.
Penulis: Hans Miller
Banurea blogspot.co.id 2011
Takari, Muh, dkk,2008, Masyarakat kesenian di Indonesia Studio Kultura FS USU
No comments
berkomentar sesuai dengan jatidirimu