Di
Provinsi Sumatera Utara ada beberapa etnis asli, yaitu Melayu, Batak Toba,
Mandailing, Simalungun, Karo, Pakpak-Dairi, Melayu Pesisir Barat, Siladang dan
Nias.
Batak
adalah rumpun bangsa yang sering disebut untuk menamakan Batak Toba,
Mandailing-Angkola, Simalungun, Karo ataupun Pakpak-Dairi. Walau sebenarnya
Cuma orang Batak Toba (termasuk Habinsaran, Silindung, Humbang, Uluan, dan
Samosir), saja yang amat berkenan disebut Batak. Medan dan wilayah pesisir timur
Provinsi Sumatera Utara, adalah daerah etnis Melayu. Batak mendiami Tanah Batak
di sebagian Tapanuli, begitu juga masing-masing etnis lain dengan
wilayahnya.Dahulu, sebelum mengenal kertas; Etnis Melayu mengenal Kulit Besurat
& Buluh Besurat.Rumpun Batak sudah mempunyai aksara dan kitab sendiri.
Setiap suku-suku di rumpun Batak mempunyai aksara sendiri dan juga buku
sendiri. Buku atau kitab-kitab itu disebut PUSTAHA LAKLAK. Masyarakat Rumpun
Batak, dahulu, menggunakan tulisan hanya untuk:
1. Ilmu
Supranatural (Hadatuon)
2. Surat (kebanyakan bentuk surat ancaman)
3. Bagi Orang Karo, Simalungun dan Angkola-Mandailing, ada ditemukan karya
Sastra berbentuk Ratapan (Orang Karo menyebutnya Bilang-Bilang, Simalungun:
Suman-Suman, Angkola-Mandailing: Andung), Karya Sastra berbentuk ratapan ini
biasa ditulis pada wadah bambu atau lidi tenun.
Prihal
ilmu Supranatural (Hadatuon), dalam Pustaha Lak-lak bisa kita kelompokkan
berbagai Ilmu-Ilmu Supranatural Batak, sbb:
1.\tPangulubalang
2.\tTunggal Panaluan
3.\tPamunu Tanduk
4.\tPamodilan/Tembak
5.\tGadam
6.\tPagar
7.\tSarang Timah
8.\tSimbora
9.\tSongon
10.\tPiluk2
11.\tTamba Tua
12.\tDorma
13.\tParanggiron
14.\tPorsili
15.\tAmbangan
16.\tPamapai Ulu-ulu
17.\tRamalan Perbintangan (Pormesa na Sampulu Duwa, Panggorda na Ualu, Pehu na
Pitu, Pormamis na Lima, Tajom Burik, Panei na Bolon, Porhalaan, Ari Rojang, Ari
na Pitu, Sitiga Bulan, Katika Johor, Pangarambui, dll)
18.\tRamalan memakai Binatang (Aji Nangkapiring, Manuk Gantung, Aji Payung,
Porbuhitan, Gorak-gorahan Sibarobat,dll)
19.\tRamalan Rambu Siporhas, Panambuhi, Pormunian, Partimusan, Hariara
masundung di langit, Parsopouan, Tondung, Rasiyan, dan sebagainya.
Banyak
kita temukan ilmu untuk menyerang musuh dan santet. bisa dalam bentuk racun
ataupun ilmu lainnya.
PANGULUBALANG,
yaitu washilah yang dijadikan hulubalang Sang Datu (Dukun) untuk menghancurkan
musuh dan mahluk gaib lainnya. Seorang anak kecil diculik, lalu diasuh oleh si Datu. Segala maunya dituruti asal
bisa patuh. Pada saat yang ditentukan, kemudian sianak dikorbankan, dengan cara
dimasukkan ke dalam mulutnya berupa cairan timah yang mendidih. Kemudian
mayatnya dipotong-potong dan dicampur dengan beberapa ramuan dan dibiarkan
membusuk. Air fermentasi yang keluar dari mayat anak tadi disimpan didalam
cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya. Untuk memanggil Sianak
yang sudah dikorbankan tadi, disiapkanlah patung. Patung inilah yang disebut
Pangulubalang. Patung ini berfungsi untuk penolak bala, sedang datu bisa
memanfaatkannya untuk disuruh menyerang musuh, berupa santet.
TUNGGAL
PANALUAN,
berupa tongkat sakti yang dimiliki Datu-datu Batak, diyakini bahwa tongkat ini
hidup dan bisa disuruh.
PAMUNU/PEMBUNUH
TANDUK,
ilmu yang berfungsi untuk menetralkan ilmu kiriman lawan. bisa juga digunakan
untuk menyerang musuh. ini berupa tanduk.
PAMODILAN/TEMBAK,
adalah ilmu yang digunakan untuk menembak musuh baik dengan menggunakan senjata
(bodil) maupun dengan syarat atau tabas-tabas (mantra) tanpa menggunakan
senjata.
GADAM
ilmu racun sehingga kulit musuh akan seperti penderita kusta.
PAGAR
(PENOLAK BALA),
Okultisme Batak ini, dibuat dari berbagai bahan dengan waktu dan cara
pembuatannya yang sangat mengikuti prosesi ritual. Biasanya menggunakan ayam,
lalu bahan dibawa ke tempat yang dianggap keramat (sombaon, sinumbah).
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat ramuan Pagar ini. Ramuan
ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yang disimpan dalam Naga Morsarang
(tanduk kerbau yang berukir).
“Pagar hami so hona begu so hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang
digunakan.
Penggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien perorangan ataupun
kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa makanan yang wajib
dimakan pasien), Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan
hamil), Pagar ni halang ulu modom (Digantung didekat tempat tidur org yang
sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan
Kampung).
AZIMAT,
Dulu Orang Batak akan lebih ‘pede’ jika pakai jimat. Kontribusi Aceh, Melayu
Sumatera Timur dan Minangkabau sangat besar terhadap keberadaan jimat bagi Orang
Batak. Simbora adalah azimat asli Batak yang terbuat dari timah hitam.
Selain itu, kita temukan juga azimat dari gigi binatang; seperti harimau,
beruang. Ada juga jimat agar tidak mempan peluru yang biasa terbuat dari tulang
kerbau yang dirajahi; azimat ini disebut Sarang Bodil atau Sarang Tima.
SONGON/POHUNG/PILUK-PILUK
Adalah sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi
dari pencuri.
“Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung jari-jari, ina
ni pung-pung jari-jari, Batara si pung-pung jari. Surung pamungpung ma jari-jari
ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini adalah mantra (tabas) Pohung agar
pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya, bahkan mati.
No comments
berkomentar sesuai dengan jatidirimu