Header Ads

Rumah Adat Batak

Rumah adat Batak merupakan salah satu warisan budaya yang patut dibanggakan karena memiliki nilai histori dan filosofi yang penuh makna. Rumah adat Batak di Provinsi Sumatera Utara ini menjadi salah satu ikon wisata yang menarik untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata sejarah, budaya, dan edukasi. Suku Batak sendiri terbagi menjadi beberapa suku sesuai dengan spesifikasi wilayahnya. Yaitu Suku Batak Toba, Suku Batak Karo, Suku Batak Simalungun, Suku Batak Mandailing, Suku Batak Ankola, dan Suku Batak Pakpak. Sehingga ada rumah adat Batak Toba, rumah adat Batak Karo, rumah adat Batak Simalungun, rumah adat Batak Pakpak dan lainnya.

A. Rumah Adat Batak Toba

Salah satu ciri khas rumah adat Batak adalah memiliki bentuk seperti rumah panggung dengan kolong bawah rumah yang biasanya digunakan sebagai kandang untuk binatang peliharaan. Dari segi ukuran, rumah adat Batak Toba relatif besar sehingga memungkinkan untuk ditinggali 3-4 kepala keluarga dalam satu rumah. Dengan catatan masih memiliki hubungan darah antara satu keluarga dengan keluarga yang lain. Berdasarkan ukurannya, rumah adat Batak masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Ruma Bolon

Jenis rumah ini sudah sangat populer dan dikenal sebagai salah satu rumah adat di Sumatera Utara yang begitu ikonik karena memiliki ukuran paling besar dibandingkan rumah adat Batak lainnya. Biasanya satu huta atau kampung hanya memiliki satu Ruma Bolon karena dalam pembangunannya pun membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

2. Jabu Parbale-balean

Jenis rumah ini memiliki ukuran yang kecil dan paling banyak jumlahnya karena dalam pembangunannya membutuhkan biaya yang relatif sedikit dan waktu yang lebih cepat. Berdasarkan Gorga (ada tidaknya ukiran khas Batak), rumah adat Batak Toba dibagi menjadi dua bagian yaitu:

Ruma Gorga Sarimunggu

Rumah adat ini memiliki gorga terlengkap dan sering disebut sebagai Jabu Batara Guru. Dengan ukiran khas yang begitu lengkap tentu saja biaya, tenaga, dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun rumah adat ini tidak sedikit.

Jabu Ereng

Sering disebut sebagai Jabu Batara Siang, rumah adat ini minim gorga sehingga sangat cocok untuk mereka yang ingin mendiami rumah secepatnya. Rumah adat Batak Toba juga memiliki ciri khas tanpa dinding pembatas atau sekat sehingga ruangan atau jabu hanya dipisahkan oleh batas imajiner. Dimana fungsi dan kegunaannya telah diatur dalam adat. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

· Jabu Bona

Letaknya di sudut kanan belakang pintu masuk rumah, biasanya digunakan sebagai tempat tidur, ruang tamu maupun upacara adat.

· Jabu Soding

Letaknya di sudut kiri belakang pintu rumah dan difungsikan sebagai ruangan untuk anak perempuan pemilik rumah. Biasanya juga menjadi tempat bagi istri para tamu untuk melaksanakan upacara adat.

· Jabu Suhat

Letaknya di sudut kiri berdekatan dengan pintu masuk dan diperuntukkan bagi keluarga dari anak sulung atau keluarga dari anak bungsu. Jika anak sulung merantau maka ruangan ini digunakan oleh anak bungsu.

· Jabu Tampar Piring

Letaknya di sudut kanan depan dekat pintu masuk dan biasanya digunakan oleh saudara laki-laki dari istri pemilik rumah yang sudah menikah. Atau untuk saudara satu marga yang bungsu dan untuk teman sekampung.

· Jabu Tonga-Tonga

Letaknya berada di antara Jabu Bona dan Jabu Tampar Piring, biasanya difungsikan sebagai tempat berkumpul seluruh keluarga dan juga dapur.

B. Rumah Adat Batak Karo

Rumah adat ini juga cukup populer dan sering dikenal dengan sebutan rumah adat Siwaluh Jabu, yang bermakna bahwa rumah ini bisa ditempati oleh delapan keluarga. Biasanya masing-masing keluarga sudah memiliki perannya masing-masing. Berbeda dari rumah adat lainnya, bentuk rumah adat Batak Karo terbilang megah dengan penambahan tanduk kerbau. Atap dari rumah adat ini menggambarkan status sosial dengan ukuran yang lebih besar dan susunan atap yang lebih rumit.

Proses pembangunan rumah adat harus melalui ritual yang cukup panjang, salah satunya adalah pemilihan kayu yang dido’akan terlebih dahulu. Tiga jenis kayu yang boleh digunakan adalah kayu ndrasi yang diyakini mampu menjauhkan penghuni rumah dari penyakit, kayu ambartuah yang bertujuan untuk mendapatkan tuah atau kesejahteraan, dan kayu sebernaik yang diharapkan mampu memudahkan rezeki. Konsep rumah adat pun sangat lengkap termasuk memikirkan kekuatan bangunan apabila terjadi bencana gempa bumi. Salah satunya adalah dengan menggunakan batang ijuk untuk melapisi palas (antara batu pondasi dan tiang kayu penyangga rumah). Batang ijuk ini berfungsi sebagai peredam getaran sehingga bangunan rumah bisa mengikuti arah getaran gempa dan tetap berdiri kokoh setelahnya.

Rumah adat Batak Karo mampu menampung 8-12 keluarga yang berbaris pada lorong utama, dimana pembagian ruangan untuk setiap keluarga telah diatur menurut adat dengan perapian untuk dua keluarga. Secara garis besar, rumah adat ini memiliki jabu jahe atau hilir dan jabu julu atau hulu. Jabu jahe sendiri masih terbagi menjadi dua, yaitu jabu rumah sendipar ujung kayu dan jabu ujung kayu.

C. Rumah Adat Batak Simalungun

Ciri khas rumah adat Batak Simalungun adalah berbentuk rumah panggung dengan lantai yang disangga oleh balok-balok besar yang berjajar dan bertumpu pada pondasi umpak. Pada bagian atap terbuat dari ijuk maupun daun rumbia. Istimewanya lagi, dalam pembangunan rumah adat ini tidak menggunakan paku melainkan dengan pasak dan diikat kuat menggunakan tali. Kolong rumah pun terbilang tinggi, kurang lebih 2 meter dan biasanya difungsikan sebagai tempat untuk memelihara binatang seperti ayam, babi dan binatang ternak lainnya. Pintu rumah terlihat unik dengan ukuran yang terbilang pendek, sehingga siapapun yang akan memasuki rumah harus menundukkan kepala. Hal ini mengandung makna filosofi yang cukup dalam yaitu harus menghormati tuan rumah. Rumah adat Batak Simalungun Bolon memiliki ornamen konstruksi rumah yang unik dengan diukir, dicat dan digambar dengan menggunakan warna merah, putih, dan hitam. Denah rumah memanjang ke belakang dan dilengkapi dua pintu, yaitu pada bagian depan dan belakang, dengan anak tangga yang berjumlah ganjil.

D. Rumah Adat Batak Pakpak

Rumah adat Batak Pakpak memiliki bentuk bubungan atap yang melengkung dengan makna filosofi berani memikul resiko yang berat untuk mempertahankan adat istiadat. Sementara dua buah tiang besar pada bagian depan rumah melambangkan kerukunan rumah tangga suami dan istri. Adapun balok besar yang melekat pada bagian muka rumah disebut dengan istilah melmellon yang melambangkan persatuan dan kesatuan dalam segala bidang melalui permusayawaratan atau gotong royong. Jumlah anak tangga pada rumah adat melambangkan garis keturunan pemilik rumah. Untuk tangga dengan jumlah ganjil seperti 3, 5, dan 7 mengisyaratkan bahwa pemilih rumah merupakan keturunan raja atau marga tanah. Sedangkan untuk tangga dengan jumlah genap menunjukkan bahwa pemilik rumah bukan dari keturunan raja.

Jumlah Rumah Bolon Tinggal Sedikit

Pada zaman dulu, masyarakat di Sumatera Utara memang tinggal dan hidup di Rumah Bolon, tetapi seiring perkembangan zaman, jumlah Rumah Bolon pun semakin berkurang. Sehingga cukup sulit kita bisa menemukan rumah ini. Konon, dulu Rumah Bolon ditinggali oleh 13 raja dari Sumatera Utara. Meskipun masing-masing rumah memiliki ciri khas, pada dasarnya Rumah Bolon memiliki bentuk yang hampir sama. Rumah ini berbentuk persegi panjang, layaknya rumah panggung, ada banyak tiang penyangga setinggi 1,75 meter. Karena tiang tersebut cukup tinggi, maka penghuni rumah atau tamu yang akan masuk harus menggunakan tangga yang jumlahnya selalu ganjil.

Makna Ornamen di Rumah Bolon

Rumah bolon biasanya dapat ditempati lima sampai enam keluarga. Di rumah ini kita bisa melihat ada banyak hiasan ukiran khas Batak, seperti ornamen yang biasanya dilambangkan sebagai tanda penolak bala (bahaya, penyakit, dan lainnya). Ornamen ini sering disebut dengan Gorga. Ukiran ornamen tersebut sering dibubuhkan pada dinding rumah bagian luar, yaitu di atas pintu yang berupa lukisan berwarna merah, hitam, dan putih. Bentuknya ada beberapa jenis, seperti bentuk cicak, ular, atau kerbau dan ketiganya memiliki makna tertentu. Gorga yang dilukis dengan bentuk cicak memiliki arti bahwa orang Batak mampu bertahan hidup di manapun dia berada, meskipun dia sedang merantau di daerah yang sangat jauh. Orang Batak juga diharapkan dapat memelihara rasa persaudaraan yang kuat dan tidak terputus jika bertemu dengan sesama sukunya, meski berada di daerah lain, yang bukan daerah asal mereka. Bentuk ornamen ular pada rumah terkait dengan kepercayaan masyarakat zaman dulu. Menurut mereka, rumah yang dimasuki oleh ular menandakan bahwa penghuninya akan mendapatkan berkah yang berlimpah. Nah, kalau makna gorga dengan bentuk kerbau adalah sebagai ucapan terima kasih atas kerja keras kerbau yang telah membantu manusia dalam mengerjakan ladang pertanian.

 Keindahan Rumah Bolon

Rumah bolon memiliki keindahan yang khas, yaitu terletak pada atap rumah yang bentuknya lancip di bagian depan dan belakang. Bagian depan atap rumah ini memang sengaja dibuat lebih panjang dari pada bagian belakangnya. Masyarakat Batak percaya bahwa dengan bentuk atap seperti itu dapat turut mendoakan keturunan dari pemilik rumah tersebut nantinya bisa lebih sukses dari saat ini.

Rumah Bolon merupakan rumah adat suku Batak dari daerah Sumatra Utara. Rumah Bolon menjadi salah satu objek wisata favorit di sana, selain kehidupan dan budaya suku Batak. Jika berkunjung ke Samosir, Anda akan melihat dua jenis rumah Bolon. Yakni rumah yang memiliki banyak hiasan, atau disebut sebagai Jabu Batara Siang. Serta rumah yang tidak dihiasi, yang disebut dengan Jabu Ereng. Selain desainnya yang apik, rumah adat ini memiliki filosofinya tersendiri.

Filosofi dan Makna Rumah Bolon

Rumah adat Batak ini bukan hanya didirikan sebagai tempat tinggal. Ada banyak nilai-nilai luhur yang tersimpan di dalamnya. Nilai-nilai inilah yang kemudian dijadikan pedoman hidup masyarakat Batak.

· Filosofi dasar keberadaan rumah Bolon adalah sebagai pedoman hidup dalam pergaulan antar individu.

· Sebagai bentuk cagar budaya yang menjadi sarana pelestarian budaya Batak.

 

Selain filosofi bangunan, setiap lukisan, hiasan, dan bagian bangunannya memiliki makna tersendiri, yakni:

· Ornamen Gorga berbentuk cicak artinya orang batak dapat hidup di mana saja dan bisa beradaptasi.

· Ornamen Gorga berbentuk ular, ada kaitannya dengan kepercayaan suku Batak bahwa jika rumah dimasuki ular maka penghuninya akan mendapatkan berkah.

· Ornamen Gorga berbentuk kerbau, sebagai ucapan terima kasih kepada kerbau yang telah membantu manusia dalam kehidupan.

· Tiang tinggi Ninggor, berbentuk lurus dan tinggi, bermakna kejujuran.

· Arop-aropan di bagian depan hunian, sebagai harapan dapat hidup layak.

· Penahan atap, songsong boltak, merupakan pengingat bahwa jika ada tuan rumah yang dirasa tidak baik maka hendaknya dipendam di hati saja.

· Lubang telaga di dekat dapur masak sebagai tempat membuang kotoran, harapan untuk membuang jauh-jauh segala keburukan dan kesalahan dari dalam rumah.

· Panggung kecil untuk menyimpan padi, sebagai bentuk harapan untuk kelancaran dalam hidup.

Bagian-bagian dalam Rumah Bolon

1. Bagian Atap Rumah Bolon

Bentuk atap rumah ini melengkung, seperti punggung kerbau. Jika dikaji degan ilmu masa kini, atap rumahnya tampak aerodinamis dalam melawan angin kencang dari danau. Sehingga dapat berdiri dengan kokoh melindungi bangunan rumah di bawahnya. Material yang digunakan untuk membuat atap adalah ijuk. Hal ini karena ijuk merupakan bahan yang mudah untuk didapatkan di sana. Atap dianggap sebagai sesuatu yang suci dalam budaya Batak. Oleh sebab itu bagian dalamnya sering digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat atau pusaka.

Selain melengkung, bentuk ujungnya lancip di bagian depan maupun belakang, dengan bagian depan dibuat lebih panjang daripada bagian belakang. Sebagai bentuk doa agar keturunan dari pemilik rumah memiliki masa depan yang lebih baik.

2. Badan Rumah

Badan rumah terletak di bagian tengah bangunan. Dalam mitologi Batak, bagian ini disebut sebagai dunia tengah. Dunia tengah merupakan tempat aktivitas penghuninya berlangsung. Seperti bersenda gurau, tidur, masak, dan lain-lain. Badan rumah dilengkapi dengan hiasan berupa ipon-ipon untuk menolak bala.

3. Pondasi Rumah Bolon

Pondasi yang digunakan merupakan pondasi tipe cincin. Dimana batu menjadi tumpuan untuk kolom kayu yang ada di atasnya. Tiang berdiameter sekitar 42-50 cm berdiri diatas batu ojahan yang strukturnya fleksibel. Sehingga rumah adat batak dapat tahan terhadap gempa. Tiang rumah umumnya berjumlah 18, dan mengandung makna kebersamaan dan kekokohan.

4. Dinding Rumah

Dinding rumah Bolon bentuknya miring, agar angin dari luar mudah masuk ke dalam. Tali yang digunakan untuk mengikat dinding, ret-ret, terbuat dari bahan ijuk dan rotan. Pola tali pengikat seperti cicak yang memiliki dua kepala dan saling bertolak belakang. Makna pola ini adalah sebagai penjaga rumah. Sementara dua kepala yang saling bertolak belakang artinya semua penghuni rumah memiliki peran sama. Satu sama lain harus saling menghormati.

5. Pintu Masuk Rumah Bolon

Pintu utama rumah adat ini menjorok ke dalam dengan lebar 80 cm dan tinggi kurang lebih 1,5 m. Pada sekeliling pintu tampak beragam ukiran, lukisan, dan tulisan yang memiliki makna masing-masing. Ukiran pada bagian depan rumah inilah yang disebut sebagai Orga.

No comments

berkomentar sesuai dengan jatidirimu

Powered by Blogger.