Header Ads

Alat Musik Aceh dan Ragamnya

Aceh merupakan kawasan yang sangat kaya produk seni dan budaya. Kesenian sangat berkembang di sana. Selain sebagai hiburan, bentuk kesenian di Aceh juga sarat akan makna. Dalam hal ini alat musik sangat berperan dalam menyempurnakan keindahan seni. Meski tidak jarang alat musik juga mampu berdiri mandiri membentuk suatu seni pertunjukan. Aceh memiliki ragam alat musik tradisional yang biasa dimainkan untuk mengiringi berbagai sajian seni dan budaya Aceh. Terdapat keunikan tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Selain untuk sarana hiburan kesenian ini juga digunakan sebagai pengiring suatu acara penting yang dihadiri oleh masyarakat Aceh. Terdapat kemiripan di dalam alat musik Aceh dengan alat musik di daerah lain, tetapi setelah kita teliti, terdapat perbedaan cukup jelas antara satu dan yang lainya. Namun seiring berjalanya waktu lambat laun salah satu kebudayaan ini mulai ditinggalkan akibat kemajuan zaman dan teknologi.

Satu persatu tergantikan dengan alat musik modern. Alat musik tradisional Aceh mempunyai ragam jenis yang cukup banyak. Setiap jenisnya mempunyai karakteristik dan keunikan masing-masing. Selain itu, ada yang dikategorikan sebagai alat musik berjenis ritmis dan juga harmonis. yang dapat dipadukan bersama-sama dan menghasilkan suara yang dinamis. Selain digunakan untuk sarana hiburan, alat musik tradisional ini juga dapat digunakan sebagai waktu beribadah dan memanggil masyarakat untuk berkumpul. Apa saja kegunaan dan fungsi alat musik tradisional Aceh, semua itu akan di bahas sebagai berikut.

1. Arbab

Arbab merupakan alat tradisional Aceh yang termasuk dalam kategori alat musik gesek seperti rebab. Alat musik ini memiliki dua bagian; Pertama adalah instrumen induk yang disebut Arbab; Kedua adalah penggeseknya yang disebut Go Arbab. Bentuk alat musik ini sederhana dan terbuat dari bahan-bahan alam, seperti tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai. Arbab merupakan alat musik gesek tradisional Aceh yang tersebar di daerah Pidie, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Arbab tergolong dalam alat musik kordofon, yaitu instrumen yang bunyinya bersumber dari dawai. Cara memainkannya adalah dengan menggeseknya menggunakan alat penggesek yang disebut ‘go arbab’. Kini, alat ini biasa dimainkan dalam acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat dan pasar malam. Arbab digunakan sebagai pendamping lagu tradisional di masyarakat Aceh. Seringkali alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai.


2. Bangsi Alas

Bangsi Alas merupakan alat musik tiup tradisional khas Lembah Alas di Kabupaten Aceh Tenggara. Di masa lalu, instrumen alat musik ini sering digunakan untuk mengiringi Tarian Landok Alun, tari rakyat tentang kegembiraan petani dari Desa Telangat Pangan. Bentuk Bangsi memanjang sekitar 41 cm berdiameter 2,8 cm. Di bagian atasnya terdapat 7 lubang yang semakin ke atas urutannya semakin besar lubangnya. Alat musik daerah Aceh ini terbuat dari bambu dengan ujung yang ditutup dengan buku bambu itu sendiri. Bagian ujung lainnya sebagai tempat meniup ditutup dengan gabus dan dibalut dengan daun pandan. Bangsi biasanya berhias ukiran krawang Alas.

3. Bereguh

Agar menghasilkan bunyi, Bereguh dimainkan dengan cara ditiup di ujung instrumennya yang meruncing dan melengkung. Rentang nada yang dihasilkan cukup terbatas dan juga selalu bergantung pada teknik yang digunakan peniup dalam memainkannya. Bereguh terbuat dari tanduk kerbau. Umumnya, bereguh tidak digunakan sebagai bermain musik, tetapi dimainkan sebagai alat komunikasi antara dua atau beberapa orang yang berada diposisi jauh atau tepatnya di hutan. Dengan meniupnya, kelompok lain akan tahu perkiraan jarak orang yang meniup instrumen tersebut. Penggunaan alat musik tradisional ini tersebar ke seluruh wilayah Aceh, khususnya Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara. Kini, alat musik ini sudah jarang digunakan orang, bahkan diperkirakan sudah punah keberadaannya.


4. Canang Trieng

Canang atau disebut juga dengan Bende merupakan alat musik tradisional yang bisa dijumpai hampir di seluruh kepulauan Nusantara. Tidak terkecuali di Aceh. Baik suku Aceh, Tamiang, Gayo, dan Alas cukup akrab alat musik ini. Mereka menyebutnya "Canang Trieng". Dalam wujudnya, Canang adalah sejenis gong kecil. Jika Gong umumnya digantung, Canang di letakkan di lantai. Canang dibuat dari kuningan dengan bentuk yang mirip seperti Gong. Hampir setiap daerah Aceh terdapat alat musik ini dengan pengertian dan fungsi yang berbeda-beda. Umumnya, Canang digunakan sebagai pengiring tarian tradisional. Dan bisa difungsikan sebagai hiburan anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Namun pada zaman dahulu canang digunakan sebagai penanda untuk masyarakat berkumpul di pusat alun-alun untuk memberi informasi dari penguasa atau raja-raja pada zaman dahulu. Canang merupakan alat musik tradisional dari Aceh yang sering dijumpai dalam masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas. Setiap daerah memiliki istilah sendiri-sendiri pada alat musik ini, di Aceh disebut "Canang Trieng", di Gayo disebut "Teganing", di Tamiang disebut "Kecapi", dan di Alas disebut "Kecapi Olah".

5. Celempong

Alat musik tradisional Aceh selanjutnya bernama Celempong. Instrumen musik tradisional khas Kabupaten Aceh Tamiang ini telah berusia lebih dari 100 tahun. Celempong terdiri dari serangkaian 5-7 potong kayu sepanjang 5-7 cm dengan lebar 6-8 cm. Celempong dimainkan dengan cara diketuk-ketuk oleh alat pemukulnya. Calempong dimainkan oleh kaum wanita yang khususnya masih gadis, tetapi sekarang alat musik tradisional ini hanya dimainkan orang tua. Kesenian ini biasanya dimainkan sebagai pengiring tarian Inai. Cara memainkan Alat music ini dengan cara disusun diantara kedua kaki pemainnya. Calempong hampir serupa dengan canang, tetapi mempunyai jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan canang. Sekilas mirip juga dengan bonang, yaitu alat musik tradisional dari Jawa Timur atau jawa Tengah. 


6. Geundrang

Alat musik khas Aceh yang keberadaannya cukup tersebar di Aceh adalah Geundrang. Bentuknya silinder dengan panjang 40-50 cm dan berdiameter 18-20 cm. Geundrang terbuat dari kulit nangka, kulit kambing atau kulit sapi yang tipis, dan rotan. Di kedua ujung Geundrang biasanya disematkan kerincing sehingga ketika ditalu akan mengeluarkan bunyi kerincingan. Dimainkan dengan cara dipukul dengan stik yang ujungnya bengkok untuk suara yang tajam namun singkat. Untuk suara sedang, stik bisa dimiringkan. Geundrang merupakan alat musik yang biasa dipakai pada pertunjukan musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis alat musik pukul, memainkannya dengan cara dipukul menggunakan tangan atau kayu pemukul. Alat musik ini banyak dijumpai di daerah Aceh Besar dan daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Geundrang berfungsi sebagai pengatur tempo pada musik etnik Aceh.


7. Tambo

Tambo merupakan alat musik dari Aceh sejenis tambur dan dimainkan dengan cara dipukul. Terbuat dari batang iboh, kulit sapi, dan rotan sebagai alat peregang kulitnya. Kita mengenal Aceh sebagai daerah istimewa yang menerapkan hukum Islam dalam kehidupan masyarakatnya. Alat musik ini digunakan sebagai sarana untuk menandakan waktu shalat dan untuk mengumpulkan warga ke Mesanah atau tempat ibadah umat islam untuk bermusyawarah tentang masalah yang ada di kampung tersebut. Namun, saat ini Tambo mulai jarang digunakan, sebab adanya alat musik modern seperti mikrofon. Tambo memiliki bentuk silinder layaknya bedug pada umumnya. 


8. Serune Kalee

Serune Kalee adalah terompet khas Aceh yang umumnya dimainkan sebagai instrumen utama dalam pertunjukan musik tradisi di Aceh. Termasuk dalam jenis instrumen aerofon yang mana sumber bunyinya berasal dari hembusan udara pada rongga. Serune berarti serunai atau seruling. Adapun Kalee merujuk pada nama salah satu desa di Laweung, Kabupaten Pidie. Jadi, Serune Kalee bisa dikatakan sebagai alat musik seruling dari desa Kalee. Alat musik ini biasa dimainkan sebagai instrumen utama dalam sebuah pertunjukan musik tradisi Aceh, bersama iringan alat musik geundrang, rapai, dan sejumlah alat musik tradisional lainnya. Serune Kalee terbuat dari kayu pilihan yang memiliki karakter kuat dan keras sekaligus ringan. Serune kalee seringkali disebut dengan nama terompet khas aceh. 

9. Rapai

Rapai adalah alat musik perkusi tradisional Aceh yang dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan. Alat musik ini biasa dimainkan secara ensemble dengan melibatkan 8-12 pemain. Dalam permainannya Rapai disandingkan dengan instrumen lain, misalnya serune kalee. Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh ini berasal dari Aceh. Alat musik tabuh ini terbuat dari kayu melingkar. Bagian atas lalu ditutup dengan kulit kambing, sedangkan bagian bawah dibiarkan terbuka. Kemudian penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat dari rotan yang dibalut dengan kulit. Alat musik rapai biasa digunakan sebagai alat musik pada berbagai upacara, terutama yang berhubungan dengan keagamaan, perkawinan, kelahiran, dan permainan tradisional yaitu debus. Pemimpin kelompok pemain rapai biasa disebut dengan ‘syeh’ atau ‘kalipah’

10. Teganing

Teganing merupakan alat musik tradisional dari masyarakat Gayo khususnya di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Terbuat dari bambu yang diberi lubang memanjang dengan menoreh memanjang tempat tali sebanyak 3 buah dan tidak boleh terputus/terpisah dari bambunya. Bunyi ketiga tali bisa disesuaikan dengan fungsinya sebagai canang, memong dan gong dengan ganjal yang ditaruh untuk memisahkan tali dan bambu. Teganing adalah sebuah alat musik yang termasuk dalam alat musik sitar tabung (idio-kordofon). Cara memainkan alat ini adalah dengan cara memukul bagian dawai menggunakan peguel (stik/alat pemukul), dan dalam waktu yang bersamaan lubang di bawahnya juga dipukul. Dipukul memakai stik ke talinya dengan tangan kanan. Adapun tangan kiri memukul badan Teganing mewakili bunyi repa’i. Alat musik ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang pada saat bersantai di lepo (rumah adat) pada waktu sore hari.

11. Taktok Trieng

Taktok Trieng merupakan alat musik pukul yag terbuat dari bambu. Alat musik ini banyak dijumpai di daerah Kabupaten Pidie, Aceh besar, dan beberapa daerah lainnya. Menurut masyarakat, Taktok Trieng dikenal dengan 2 jenis, yaitu di pergunakan di Meunasah, di balai-balai pertemhan dan ditempat lain yang terlihat wajar untuk ditempatkan alat ini. Dan yang kedua dipergunakan di sawah-sawah untuk mengusir hewan seperti burung atau serangga lainnya yang merusak hasil panen. Taktok trieng adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul oleh tangan yang terbuat dari bambu. Alat musik ini dapat ditemukan di daerah Kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainya. Taktok trieng dibagi mejadi 2 jenis sesuai fungsinya, yaitu :


  • Taktok trieng yang digunakan hanya di Meunasah atau langgar-langgar, dibalai-balai pertemuan dan ditempat yang dipandang wajar untuk diletakan alat ini.
  • Takatok Trieng yang kedua adalah dimana taktok trieng digunakan di sawah-sawah yang berfungsi sebagai pengusur hama dan burung yang mengancam tanaman padi.

13. Kecapi Aceh

Kecapi Aceh ini berasal dari daerah Tamiang, Kabupaten Aceh Timur. Bahan yang dipilih juga dari bahan bambu yang sudah cukup tua, dengan jenis bambu olog reglu dan oloh untungnya. Alat musik tradisional ini dimainkan dengan permainan tunggal di teras sebagai hiburan seusai bekerja. Biasanya, para pemain Kecapi ini terdiri dari wanita. Kecapi Aceh ini masih tergolong alat ideopon, sebab talinya yang terbuat dari bambu.

14. Genggong

Alat musik tradisional ini termasuk salah satu jenis musik instrumen Pakpak yang menyerupai instrumen Saga-saga. Genggong dibuat dari bahan paku besi atau rusuk payung. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa Genggong adalah perubahaan dari Saga-saga. Genggong menghasilkan suafa yang lembut, tetapi dengan nada lebih kuat dibandingkan Saga-saga. Nada yang dihasilkan pun tergantung dari nafas pemainnya. Maka dari itu, nada Genggong tidak dapat diubah-ubah, dan hanya ditentukan oleh sang pemain. Demikian uraian alat musik tradisional Aceh yang perlu kita lestarikan dan dijaga agar tidak punah. Semoga artikel ini bermanfaat!

No comments

berkomentar sesuai dengan jatidirimu

Powered by Blogger.