Header Ads

Cerita Rakyat Sumatera Utara


Berikut ini kumpulan cerita rakyat, dongeng, dan legenda yang ada di tengah-tengah masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara beribukota di kota Medan dan terletak di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan Provinsi Aceh. Cerita dikumpulkan dari berbagai sumber (lihat referensi). Jika ada cerita terbaru, akan segera ditambahkan. Semoga bermanfaat.

Legenda Puteri Runduk

Banyak para raja dan para saudagar yang tertarik dengan kecantikan Puteri Runduk. Mereka ingin meminang Puteri Runduk walaupun ia telah bersuami. Sebut saja Raja dari daratan Cina yang terang-terangan datang untuk melamar Puteri Runduk, yang tentu saja lamaran itu ditolak. Kemudian Raja Janggi dari Sudan, Afrika dan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram, Jawa juga jatuh hati dengan Puteri Runduk. Kedua kerajaan ini akan mengirimkan pasukannya ke Kerajaan Barus Raya hanya untuk merebut Puteri Runduk.

Kisah Nai Manggale

Menurut legenda, dahulu kala di Sumatera Utara, hidup seorang pembuat patung bernama Datu Panggana. Ia dikenal sebagai seorang pematung handal. Hasil patung buatannya sangat halus juga nampak sangat mirip aslinya. Seperti patung hewan, tumbuhan maupun patung berbentuk manusia, hasilnya pasti akan sangat mirip aslinya. Nama Datu Panggana menjadi sangat terkenal sehingga banyak penduduk memesan patung kepadanya.

Legenda Lubuk Emas

Kecantikan Sri Pandan telah dikenal di seantero negeri. Banyak para pemuda berkeinginan meminang Sri Pandan. Namun demikian, Raja Simangolong berharap Sri Pandan kelak menikah dengan pangeran negeri lain agar bisa menjalin hubungan baik dengan negeri tersebut.

Kisah Ahmad dan Muhammad

Konon berdasarkan pandangan masyarakat Sumatera Utara masa itu, ada sebuah binatang sangat istimewa yaitu burung merbuk. Menurut kepercayaan masyarakat, barangsiapa memakan kepala burung merbuk, maka ia akan menjadi seorang raja. Sementara orang yang memakan hati burung merbuk akan menjadi seorang menteri.


Asal Mula Pohon Aren

Tare Iluh dan Beru Sibou kini menjadi anak yatim piatu. Mereka berdua kemudian diasuh oleh bibinya, adik dari ayah mereka. Tare Iluh sebagai kakak merasa sangat sedih dengan penderitaan yang mereka alami. Setelah kedua orang tua mereka meninggal, kini bibi merekalah yang membanting tulang menghidupi mereka. Tare Iluh berjanji suatu saat nanti ia akan berkerja keras mencari nafkah untuk kehidupan yang lebih baik.

Asal Mula Danau Toba

Pada zaman dahulu, di sebuah desa di wilayah Sumatera, hiduplah seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai dan akhirnya bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar. Ternyata ikan tersebut dapat berbicara yang berkata terimakasih telah ditemukan oleh sang petani dan meminta sang petani membawanya agar ia dapat menemani petani tersebut sebagai balas budi karena petani telah menyelamatkannya dari kutukan dewa. Petani itu pun setuju maka jadilah mereka sebagai suami-istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul putri tersebut dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Singkat cerita, mereka hidup bahagia dan memiliki seorang anak yang tumbuh sehat dan kuat namun agak sedikit nakal, diberi nama Putera. Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya hingga suatu hari ketika Putera tidak melaksanakan tugas yang diberikan oleh ayahnya saat sedang bermain bola malah mengundang amarah sang ayah hingga akhirnya membuat sang ayah mengumpat seraya berkata anak ikan pada anaknya. Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir. Pesan moralnya adalah, jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan juga, jangan melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan

Patung Sigale-gale

Pada zaman dulu, ada seorang raja yang sangat bijaksana yang tinggal di wilayah Toba. Raja ini hanya memiliki seorang anak, namanya Manggale. Pada zaman tersebut masih sering terjadi peperangan antar satu kerajaan ke kerajaan lain. Hingga suatu hari sang raja menyuruh anaknya untuk ikut dalam medan perang yang ahirnya menewaskan sang anak.

Sang Raja sangat terpukul hatinya mengingat anak satu-satunya sudah tiada, lalu raja jatuh sakit. Melihat situasi sang raja yang semakin hari semakin kritis, penasehat kerajaan memanggil orang pintar untuk mengobati penyakit sang raja, dari beberapa orang pintar (tabib) yang dipanggil mengatakan bahwa sang raja sakit oleh karena kerinduannya kepada anaknya yang sudah meninggal. Sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan agar dipahat sebuah kayu menjadi sebuah patung yang menyerupai wajah Manggale, dan saran dari tabib ini pun dilaksanakan di sebuah hutan.

Ketika patung ini telah selesai, penasehat kerajaan mengadakan satu upacara untuk pengangkatan patung Manggale ke istana kerajaan. Sang tabib mengadakan upacara ritual, meniup sordam dan memanggil roh anak sang raja untuk dimasukkan ke patung tersebut. Patung ini diangkut dari sebuah pondok di hutan dan diiringi dengan suara sordam dan gondang sabangunan. Setelah rombongan ini tiba di istana kerajaan, Sang Raja tiba-tiba pulih dari penyakit karena sang raja melihat bahwa patung tersebut persis seperti wajah anaknya. Pesan moralnya adalah jangan terlalu sedih berlarut – larut.

Putri Hijau

Putri Hijau adalah putri raja yang berasal dari Deli Tua, Medan yang masuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Deli. Konon, Putri Hijau diminati raja dari tanah Aceh yang bernama Sultan Mukhayat Syah dan ingin memersuntingnya, namun mengalami hambatan. Ketika Raja Aceh hendak mendatangi Putri Hijau untuk melakukan peminangan, kakak kandung Putri Hijau mengajukan permintaan Sultan Aceh untuk meminangnya namun Putri Hijau menolak lamarannya. Karena inilah Sultan Aceh menjadi marah dan menjadi alasan terjadinya perang antara prajurit Aceh dan Kesultanan Deli.

Saat peperangan terjadi, Mamban Khayali yang merupakan kakak Putri Hijau menjelmakan dirinya menjadi sebuah meriam yang dapat menembaki musuh. Saat itu, Mambang Khayali merasa haus, namun dilarang untuk minum karena akan membahayakan kondisinya. Akhirnya karena ia merasa sendi – sendinya lemah karena terus memuntahkan meriam, tubuhnya patah menjadi dua. Kepalanya terpental ke Aceh dan bagian belakangnya tinggal di Deli

Saat Kesultanan Deli kala perang, Putri Hijau akhirnya ditawan dan dibawa ke Kerajaan Aceh. Sebelumnya, Mambang Yazid telah memberikan pesan pada Putri Hijau untuk meminta pada Raja Aceh agar ditempatkan di keranda kaca dan memanggilnya saat Putri Hijau tiba di Kerajaan Aceh.

Saat sedang mengadakan upacara penyambutan di tepi pantai kemudian Putri Hijau keluar dari keranda kacanya dan memanggil Mambang Yazid. Tiba-tiba turunlah angin ribut dan hujan lebat disertai halilintar, dan gulungan ombak yang amat dahsyat. Lalu muncullah seekor naga raksasa dari dalam ombak dan langsung menuju ke kapal Sultan Aceh. Kapal Sultan Aceh dihantam dengan ekornya hingga kapal terbelah menjadi dua dan karam dengan segera. Sultan Mukhayat Syah selamat.

Dalam keadaan yang kacau itu, Putri Hijau segera kembali ke keranda kacanya sehingga pada waktu ombak menghantam kapal, ia dapat terapung-apung di atas laut. Sang Naga segera meluncur menghampiri keranda itu lalu mengangkatnya dengan kepalanya dan dibawanya ke Selat Malaka.

Batu Gantung

Pada zaman dahulu, di sebuah desa kecil di tepi danau Toba hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain cantik, Seruni juga tergolong sebagai anak yang rajin karena selalu membantu kedua orang tuanya ketika mereka sedang bekerja di ladang yang hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Suatu hari, Seruni harus bekerja di ladang seorang diri karena kedua orang tuanya sedang ada keperluan di desa tetangga. Ia hanya ditemani oleh anjing peliharaannya yang diberi nama Si Toki. Sesampainya di ladang, Seruni hanya duduk termenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sebenarnya, beberapa hari terakhir Seruni selalu tampak murung. Hal ini disebabkan karena Sang Ayah akan menjodohkannya dengan seorang pemuda yang masih tergolong sepupunya sendiri. Padahal, ia telah menjalin hubungan asmara dengan seorang pemuda di desanya dan telah berjanji pula akan membina rumah tangga. Keadaan ini membuatnya menjadi bingung, tidak tahu harus berbuat apa, dan mulai berputus asa akhirnya membuatnya ingin bunuh diri ke Danau Toba. Namun saat berlari, Seruni terperosok ke dalam sebuah lubang yang besar dan terjebak di sana. Sayangnya tak ada yang bisa menolongnya, hingga akhirnya Seruni berkata ingin mati dan ajaibnya dinding-dinding lubang tersebut merapat. Tak lama, datanglah gempa yang menjadikan Seruni terhimpit di dalam lubang tersebut dan tak dapat diselamatkan. Beberapa saat setelah gempa berhenti, di atas lubang yang telah tertutup itu muncullah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis yang seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Orang-orang yang melihat kejadian itu mempercayai bahwa batu itu adalah penjelmaan dari Seruni dan kemudian menamainya sebagai “Batu Gantung”. Pesan moralnya adalah, jangan berputus asa karena akan berakhir derita.

Lau Kawar

Pada zaman dahulu kala, tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo, Desa Kawar namanya. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah. Suatu waktu, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat.

Pada hari pelaksanaan upacara adat tersebut, Desa Kawar tampak ramai dan semarak. Para penduduk mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta perhiasan yang indah. Kaum perempuan pada sibuk memasak berbagai macam masakan untuk dimakan bersama dalam upacara tersebut. Pelaksanaan upacara juga dimeriahkan dengan pagelaran ‘Gendang Guro-Guro Aron’ yang merupakan musik khas masyarakat Karo. Pada pesta yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu, seluruh penduduk hadir dalam pesta tersebut, kecuali seorang nenek tua renta yang sedang menderita sakit lumpuh. Tidak ketinggalan pula anak, menantu maupun cucunya turut hadir dalam acara itu. Sang nenek yang merasa ditinggalkan dan tak diperdulikan oleh anak cucunya yang sedang asyik dalam perayaan upacara. Nenek tersebut mengutuk anak-cucunya karena membiarkan ia lemah kelaparan. Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Langit pun menjadi mendung, guntur menggelegar bagai memecah langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. Seluruh penduduk yang semula bersuka-ria, tiba-tiba menjadi panik. Suara jerit tangis meminta tolong pun terdengar dari mana-mana. Namun, mereka sudah tidak bisa menghindar dari keganasan alam yang sungguh mengerikan itu. Dalam sekejap, Desa Kawar yang subur dan makmur tiba-tiba tenggelam. Tak seorang pun penduduknya yang selamat dalam peristiwa itu. Beberapa hari kemudian, desa itu berubah menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air. Oleh masyarakat setempat, kawah itu diberi nama ‘Lau Kawar’. Pesan moral dari certa ini adalah pandai mensyukuri nikmat, menjauhi sifat durhaka kepada orang tua, dan menyia-nyiakan amanah.

Itulah beberapa cerita rakyat asal Sumatera Utara. Walaupun secara harfiah tidak dapat dipikir secara logika, namun dari berbagai kisah tersebut kita dapat mengambil setiap pesan moral yang ada agar menjadikan kita pribadi yang lebih baik.

Referensi:

Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.

Adi Seta, Mahadewa. 2013. Kumpulan Dongeng Asli Nusantara. Yogyakarta: Idea World Kidz.

No comments

berkomentar sesuai dengan jatidirimu

Powered by Blogger.